Tahukah Anda...?

Kehidupan berputar sangat cepat. Jika Anda tidak berhenti sejenak untuk menikmatinya, Anda bisa kehilangan arti kehidupan itu sendiri.

Takut akan kegagalan memberi semangat kepada saya untuk maju, dan membuat saya selalu siaga. Saya tidak akan berprestasi baik ketika saya merasa nyaman.

Jika kita mencoba melakukan yang lebih baik daripada yang kita pikir bisa kita lakukan, kita akan terkejut bahwa sebenarnya kita bisa melakukan hal itu.

Semua akhir adalah permulaan dari sesuatu. Hanya saja pada saat itu kita seringkali tidak menyadarinya.

Takut akan kegagalan seharusnya tidak menjadi alasanuntuk tidak mencoba sesuatu.

Kepemimpinan adalah Anda sendiri dan apa yang Anda lakukan.

Rabu, 04 November 2009

Yang menyedihkan, menyakitkan & mengecewakan!

Yang menyedihkan, menyakitkan & mengecewakan!

Hal yang sangat menyedihkan adalah saat
kau jujur pada temanmu, dia berdusta padamu …. Saat dia
telah berjanji padamu, dia mengingkarinya ….
Saat kau memberikan perhatian, dia tidak menghargainya …

Hal yang sangat menyakitkan adalah saat kau
mengirimkan e-mail pada temanmu, dia
menghapus tanpa membacanya … Saat kau membutuhkan
jawaban dari e-mailmu, dia tidak menjawab dan
mengacuhkannya …
Saat bertemu dengannya dan ingin menyapa, dia pura2
tidak melihatmu … Saat kau mencintainya
dengan tulus tapi dia tidak mencintamu … Saat dia yang
kau sayangi tiba2 mengirimkan kartu undangan
pernikahannya
….
Hal yang sangat mengecewakan adalah kau
dibutuhkan hanya pada saat dia dalam kesulitan … Saat
kau bersikap ramah, dia terkadang bersikap sinis padamu
… Saat kau butuh dia untuk berbagi cerita, dia
berusaha untuk menghindarimu …

Jangan pernah menyesali atas apa yang terjadi padamu???

Sebenarnya hal-hal yang kau alami sedang
mengajarimu …. Saat temanmu berdusta
padamu atau tidak menepati janjinya padamu atau dia
tidak menghargai perhatian yang kau berikan ….
sebenarnya dia telah mengajarimu agar kau tidak
berprilaku seperti dia ….

Saat temanmu menghapus e-mail yang kau kirim sebelum
membacanya atau saat bertemu dengannya dan ingin
menyapa, dia pura2 tidak melihatmu ….. sebenarnya
dia telah mengajarkanmu agar tidak berprasangka buruk
& selalu berpikiran positif bahwa mungkin saja dia
pernah membaca e-mail yang kau kirim …. atau mungkin
saja dia tidak melihatmu ….

Dan saat dia tidak menjawab e-mailmu ….
sebenarnya dia telah mengajarkanmu untuk menjawab
e-mail temanmu yang membutuhkan jawaban walaupun kau
sedang sibuk dan jika kau tidak bisa menjawabnya katakan
kalau kau belum bisa menjawabnya jangan biarkan e-
mailnya tanpa jawaban karena mungkin dia sedang
menunggu jawabanmu
….

Saat kau mencintainya dengan tulus tapi dia tidak
mencintaimu atau dia yang kau sayangi tiba2
mengirimkan kartu undangan pernikahannya ….
sebenarnya sedang mengajarimu untuk
ridha menerima takdirNya ….

Saat kau bersikap ramah tapi dia terkadang bersikap
sinis padamu …. sebenarnya dia sedang mengajarimu
untuk selalu bersikap ramah pada siapapun ….

Saat kau butuh dia untuk berbagi cerita, dia berusaha
untuk menghindarimu … sebenarnya dia
sedang mengajarimu untuk menjadi seorang teman
yang bisa diajak berbagi cerita, mau mendengarkan
keluhan temanmu dan membantunya ….

Bila kau dibutuhkan hanya pada saat dia sedang dalam
kesulitan …. sebenarnya juga telah mengajarimu untuk
menjadi orang yang arif & santun, kau telah
membantunya saat dia dalam kesulitan ….

Begitu banyak hal yang tidak menyenangkan yang sering
kau alami atau bertemu dengan orang2 yang
menjengkelkan, egois dan sikap yang tidak
mengenakkan


Dan betapa tidak menyenangkan menjadi
orang yang dikecewakan, disakiti, tidak
dipedulikan/dicuekin, tidak dihargai, atau bahkan mungkin dicaci
dan dihina
… Sebenarnya orang2 tsb. sedang
mengajarimu untuk melatih membersihkan hati & jiwa, melatih
untuk menjadi orang yang sabar dan mengajarimu
untuk tidak berprilaku seperti itu …

Mungkin Tuhan menginginkan kau bertemu
orang dengan berbagai macam karakter yang tidak
menyenangkan sebelum kau bertemu dengan orang yang
menyenangkan dalam kehidupanmu dan kau harus
mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia itu yang telah
mengajarkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupmu …

UnSeEn LoVe

UnSeEn LoVe

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
Ketika
kita menangis? Ketika kita membayangkan?
Itu karena hal terindah di dunia tidak terlihat.

Ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya
sejalan dengan kita..kita bergabung dengannya
dan
jatuh ke dalam suatu keanehan serupa yang
dinamakan cinta..

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan.. orang-
orang yang tidak ingin kita tinggalkan.. tapi
ingatlah..,
melepaskan bukan akhir dari dunia.. melainkan
awal
suatu kehidupan baru.. kebahagiaan ada untuk
mereka yang menangis, mereka yang tersakiti,
mereka yang telah mencari.. dan mereka yang
telah
mencoba..

Karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka..

cinta yang agung? Adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya..
adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan
kamu
masih menunggunya dengan setia.. adalah ketika
dia
mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa
tersenyum sembari berkata aku turut berbahagia
untukmu.

Apabila cinta tidak berhasil.. bebaskan dirimu..
biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan
terbang ke alam bebas lagi.. ingatlah.. bahwa
kamu
mungkin menemukan cinta dari kehilangannya,
tapi..
ketika cinta itu mati.. kamu tidak perlu mati
bersamanya.

Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang..
melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka
jatuh, entah bagaimana.. dalam perjalanan
kehidupan, kamu belajar tentang dirimu sendiri..
dan
menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya
ada.
Hanyalah penghargaan abadi atas pilihan-pilihan
yang
telah kau buat.

Teman sejati.. mengerti ketika kamu berkata aku
lupa, menunggu selamanya ketika kamu
berkata tunggu sebentar, tetap tinggal ketika kamu
berkata tinggalkan aku sendiri, membuka pintu
meski kamu belum mengetuk dan berkata
bolehkah
saya masuk?

Mencintai bukanlah bagaimana kamu melupakan..
melainkan bagaimana kamu mengerti.. bukanlah
apa
yang kamu lihat.. melainkan apa yang kamu
rasakan..
bukalnlah bagaimana kamu melepaskan..
melainkan
bagaimana kamu bertahan.

Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang
tapi ketika cinta itu tulus, meskipun kalah, kamu
tetap
menang hanya kerena kamu berbahagia dapat
mencintai seseorang.. lebih dari kamu mencintai
dirimu sendiri.

Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti
mencintai seseorang bukan karena orang itu
berhenti
mencintai kita melainkan karena kita menyadari
bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita
melepaskannya

RENUNGAN BUAT SANG ISTRI

RENUNGAN BUAT SANG ISTRI
(Syaikh Mustofa Al-‘Adawy)

Wahai sang Istri ….

Apakah akan membahayakan dirimu, apabila engkau menemui suamimu dengan wajah yang berseri, dihiasi simpul senyum yang manis di saat dia masuk rumah?

Apakah memberatkanmu, apabila engkau menyapu debu dari wajahnya, kepala, dan baju serta mengecup pipinya.?!!

Mungkinkah akan menyulitkanmu, jikalau engkau berkata kepada suami : “Alhamdulillah atas keselamatan Kanda, kami sangat rindu kedatanganmu, selamat datang kekasihku”.

Wahai sang istri…

Berdandanlah untuk suamimu dan harapkanlah pahala dari Allah di waktu engkau berdandan, karena Allah itu Indah dan mencintai keindahan

Pakailah parfum yang harum, dan ber-make-uplah, serta pakailah busana yang paling indah untuk menyambut suamimu.

Jauhi dan jauhilah bermuka masam dan cemberut.

Janganlah engkau mendengar dan menghiraukan perusak dan pengacau yang bermaksud merusak dan mengacaukan keharmonisanmu dengan suami.

Janganlah selalu tampak sedih dan gelisah, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari rasa gelisah, sedih, malas dan lemah.

Janganlah berbicara terhadap laki-laki lain dengan lemah-lembut, sehingga menyebabkan orang yang di hatinya ada penyakit mendekatimu dan menduga hal-hal yang jelek ada pada dirimu.

Selalulah dirimu dalam keadaan lapang dada, hati tentram, dan ingat kepada Allah setiap saat.

Ringankanlah suamimu dari setiap keletihan, kepedihan dan musibah serta kesedihan yang menimpanya.

Suruhlah suamimu untuk berbakti kepada ibu bapaknya.

Didiklah anak-anakmu dengan baik. Isilah rumah dengan tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir, perbanyaklah membaca Al-Quran terutama surat Al-Baqarah, karena surat itu dapat mengusir setan.

Bangunkanlah suamimu untuk melaksanakan shalat malam, doronglah dia untuk melakukan puasa sunah, ingatkan dia akan keutamaan bersedekah, dan janganlah engkau menghalanginya untuk menjalin hubungan siraturrahim dengan karib kerabatnya.

Perbanyaklah beristighfar untuk dirimu, suamimu, serta kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Berdoalah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, agar dianugerahkan keturunan yang baik, niat yang baik serta kebaikan dunia dan akhirat. Ketahuilah sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar doa dan mencintai orang yang nyinyir dalam meminta. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan Rabbmu berkata : “Serulah Aku niscaya Aku penuhi doamu” (Al-Ghafir : 60).

RENUNGAN BUAT SANG SUAMI

RENUNGAN BUAT SANG SUAMI

(Syaikh Mustofa Al-‘Adawy)

Wahai sang suami ….

Apakah berat bagimu, untuk tersenyum di hadapan istrimu di kala dirimu masuk menemui istri tercinta, agar engkau meraih pahala dari Allah?!!

Apakah membebanimu untuk berwajah yang berseri-seri tatkala dirimu melihat anak dan istrimu?!!

Apakah menyulitkanmu wahai hamba Allah, untuk merangkul istrimu, mengecup pipinya serta bercumbu disaat engkau menghampiri dirinya?!!

Apakah gerangan yang memberatkanmu untuk mengangkat sesuap nasi dan menyuapkannya di mulut sang istri, agar engkau mendapat pahala?!!

Apakah susah, apabila engkau masuk rumah sambil mengucapkan salam dengan lengkap :
“Assalamu`alaikum Warahmatullah Wabarakatuh”
agar engkau meraih 30 kebaikan?!!

Apakah gerangan yang membebanimu, jika engkau menuturkan untaian kata-kata yang baik yang disenangi kekasihmu, walaupun agak terpaksa, dan mengandung bohong yang dibolehkan?!!

Tanyalah keadaan istrimu di saat engkau masuk rumah!!

Apakah memberatkanmu, jika engkau menuturkan kepada istrimu di kala masuk rumah : “Duhai kekasihku, semenjak Kanda keluar dari sisimu, dari pagi sampai sekarang, serasa bagaikan setahun”.

Sesungguhnya, jika engkau benar-benar mengharapkan pahala dari Allah walaupun engkau dalam keadaan letih dan lelah, dan engkau mendekati sang istri tercinta dan menggaulinya, niscaya dirimu akan mendapatkan pahala dari Allah, karena Rasulullah bersabda :”Dan di dalam mempergauli isteri kalian ada sedekah”.

Apakah melelahkanmu wahai hamba Allah, jika engkau berdoa dan berkata : “Ya Allah perbaikilah istriku dan berkatilah daku pada dirinya”

Sesungguhnya ucapan baik itu adalah sedekah.

Wajah yang berseri dan senyum yang manis di hadapan istri adalah sedekah.

Mengucapkan salam mengandung beberapa kebaikan.

Berjabat tangan mengugurkan dosa-dosa.

Berhubungan badan mendapatkan pahala.

24 lessons in life, versi indonesia ;)

24 lessons in life, versi indonesia ;)

1. Jangan tertarik kepada seseorang hanya karena
parasnya, sebab keelokan
paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik
hanya kepada kekayaannya,
karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah
kepada
seseorang yang dapat membuatmu
tersenyum, karena hanya senyum yang dapat
membuat
hari-hari yang gelap
menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang
seperti
itu.

2. Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat
merindukan seseorang,
sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi
dan memeluknya dalam
alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang
seperti itu.

3. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu
impikan, pergilah ke
tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti
yang kamu
inginkan, karena kamu hanya memiliki satu
kehidupan dan satu
kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin
kamu
lakukan.

4. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang
cukup
untuk membuatmu baik
hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat,
kesedihan yang cukup untuk
membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup
untuk
membuatmu bahagia dan
uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.

5. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu
yang lain dibukakan.
Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada
pintu yang tertutup
sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan
bagi kita.

6. Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk
berayun-ayun di beranda
bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah
katapun, dan
kemudian kamu
meninggalkannya dengan perasaan telah
bercakap-cakap lama dengannya.

7. Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang
kita milik sampai kita
kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa
kita tidak tahu apa yang
belum pernah kita miliki sampai kita
mendapatkannya.

8. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang
lain. Apabila hal itu
menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu
menyakitkan hati orang itu pula.

9. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat
menyulut perselisihan.
Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu
kehidupan. Kata-kata yang
diucapkan pada tempatnya dapat meredakan
ketegangan. Kata-kata yang penuh
cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.

10. Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang
kita cinta menjadi dirinya
sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran
yang kita inginkan.
Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri
sendiri yang kita temukan di dalam dia.

11. Orang-orang yang paling berbahagia tidak
selalu memiliki hal-hal
terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang
terbaik dari setiap hal
yang hadir dalam hidupnya.

12. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu
dengan
beberapa orang yang
salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat,
kita harus mengerti bagaimana
berterima kasih atas karunia itu.

13. Hanya diperlukan waktu semenit untuk
menaksir
seseorang, sejam
untuk menyukai seseorang dan sehari untuk
mencintai seseorang tetapi
diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan
seseorang.

14. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang
menangis, mereka yang disakiti
hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang
mencoba.
Karena hanya mereka itulah yang menghargai
pentingnya
orang-orang yang pernah hadir dalam hidup
mereka.

15. Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa,
gairah, romantika dan masih
tetap peduli padanya.
16. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah
ketika
kamu bertemu
seseorang yang sangat berarti bagimu dan
mendapati
pada akhirnya bahwa
tidak demikian adanya dan kamu harus
melepaskannya.

17. Cinta dimulai dengan sebuah senyuman,
bertumbuh dengan sebuah
ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.

18. Cinta datang kepada mereka yang masih
berharap
sekalipun pernah
dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya
sekalipun pernah dikhianati,
kepada mereka yang masih mencintai sekalipun
pernah disakiti hatinya.

19. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang
yang
tidak mencintaimu,
tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai
seseorang dan tidak pernah
memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu
kepadanya.

20. Masa depan yang cerah selalu tergantung
kepada
masa lalu yang
dilupakan, kamu tidak dapat hidup terus dengan
baik jika kamu tidak
melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.

21. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal
jika
kamu masih mau
mencoba, jangan pernah menyerah jika kamu
masih
merasa sanggup jangan
pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi
jika kamu masih tidak dapat
melupakannya.

22. Memberikan seluruh cintamu kepada
seseorang
bukanlah jaminan dia
akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan
balasan
cintanya, tunggulah
sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika
tidak, berbahagialah karena
cinta tumbuh dihatimu.

23. Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar
tetapi tidak akan pernah
kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk
mengatakannya. Namun
demikian janganlah menulikan telinga untuk
mendengar dari orang yang
mengatakannya dengan sepenuh hati.

24. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan
orang-orang disekelilingmu
tersenyum – jalanilah hidupmu sehingga pada
waktu
kamu meninggal, kamu
tersenyum dan orang-orang disekelilingmu
menangis

Suara rakyat BUKAN Suara Tuhan (vox populi bukan vox dei)

Suara rakyat BUKAN Suara Tuhan (vox populi bukan vox dei)

Bukti bahwa suara mayoritas rakyat bukanlah suara Tuhan:

1. Mayoritas umat manusia pada zaman nabi Nuh AS menentang dakwah nabi Nuh AS, akhirnya mereka dihancurkan tuhan dengan banjir besar, itu bukti bahwa suara mayoritas rakyat malah bertentangan dengan ajaran Tuhan

2. Mayoritas umat manusia pada zaman nabi Isa AS menentang dakwah nabi Isa AS, itu bukti bahwa suara mayoritas rakyat malah bertentangan dengan ajaran Tuhan

3. Mayoritas umat manusia pada zaman nabi Muhammad SAW menentang dakwah nabi Muhammad SAW, itu bukti bahwa suara mayoritas rakyat malah bertentangan dengan ajaran Tuhan

4. Dalam pemilu 1955, mayoritas rakyat indonesia memilih partai sekuler, padahal orang yang punya sedikit ilmu saja sudah bisa tahu bahwa sekulerisme bertentangan dengan ajaran Tuhan, itu bukti bahwa suara mayoritas rakyat malah bertentangan dengan ajaran Tuhan

5. Mayoritas penduduk dunia saat ini adalah kafir, itu bukti bahwa suara mayoritas rakyat malah bertentangan dengan ajaran Tuhan

6. Diberbagai negara yang penduduknya muslim, banyak partai sekuler yang menang pemilu, padahal partai sekuler menolak pemberlakuan hukum islam secara total di negara, itu bukti bahwa suara mayoritas rakyat malah bertentangan dengan ajaran Tuhan

7. Banyak sekali orang yang berbuat maksiat dan dosa di muka bumi ini, itu bukti bahwa suara mayoritas rakyat malah bertentangan dengan ajaran Tuhan

teman

T E M A N………
Teman,
kata sederhana yang tidak mudah ditemukan dalam kenyataan

Teman,
tak semua yang dekat bisa berlabelkannya

Teman,
ada kerinduan untuk selalu dapat bertemu dengan sosok sepertinya

Pernahkah kau temukan seseorang yang
senantiasa setia di sisimu
kala kau jatuh dan hilang asa.

Pernahkah kau dapati sesosok makhluk
yang selalu tahan mendengar kisahmu
kala angin membawa berita-berita busuk tentangmu.

Pernahkah handphone berdering di tengah malam,
hanya untuk sebuah kalimat pendek
“Apa Kabar Imanmu Malam ini ?”

Pernahkah kau tangkap butiran air mata
yang disembunyikan, sehabis doa panjang
yang padanya terselip namamu.

Dialah teman sejatimu

AKU vs AYAHKU By: Budi Ros

AKU vs AYAHKU

By:


Budi Ros

PEMBUKA

GONG DUA BERBUNYI.

PARA PEMAIN MUNCUL DARI PINTU MASUK AUDITORIUM, MENUJU PANGGUNG. SEMUA MENYAPA PENONTON DENGAN RAMAH : “ SELAMAT MALAM SEMUA, SELAMAT DATANG … APA KABAR ?. ”

SESAMPAI DI PANGGUNG, PARA PEMAIN MENATA SET DAN PERALATAN LAINNYA. BAGUS, PEMIMPIN MEREKA, MEMBERI KOMANDO BAGAIMANA SET DAN PERALATAN HARUS DI TATA.

KEMUDIAN DARI SALAH SATU SISI PANGGUNG MUNCUL MENEJER PANGGUNG, YANG MEMBERI TAHU BAHWA KOMANDO BAGUS TERNYATA SALAH. SET DAN SEMUA PERALATAN KEMUDIAN DI TATA ULANG SEPERTI PETUNJUK MENEJER PANGGUNG.

SEMUA PEMAIN TURUT AKTIF MENYIAPKAN PERALATAN.
MENEJER PANGGUNG DIBANTU BAGUS SESEKALI MENGECEK APAKAH SEMUA PERALATAN DITEMPATKAN PADA TEMPATNYA ATAU TIDAK.

MEREKA MEMERIKSA DARI BEBERAPA SUDUT, KEMUDIAN BEBERAPA KALI MELIHAT ARLOJINYA, DAN KETIKA MENYADARI SUDAH WAKTUNYA PERTUNJUKAN DIMULAI, MENEJER PANGGUNG BERTANYA PADA PARA PEMAIN

MENEJER PANGGUNG :
Bagaimana, sudah siap ?

PARA PEMAIN :
Belummm …

MENEJER PANGGUNG :
Oke, cepat sedikit kalau begitu.

LALU MENEJER PANGGUNG BERUNDING DENGAN BAGUS. KEMUDIAN MEREKA SEPAKAT, BAGUS MEMULAI PERTUNJUKAN SEMENTARA PANGGUNG DISIAPKAN.

MENEJER PANGGUNG TURUN TANGAN LANGSUNG MEMBANTU PERSIAPAN, IKUT MENGANGKAT SET DAN PERALATAN, BAGUS MEMULAI PERTUNJUKAN.

BAGUS : ( BICARA PADA PENONTON )
Ternyata repot sekali membuat pementasan teater. Tapi jangan kuatir, apa pun yang terjadi pertunjukan akan tetap jalan. Selesai tidak selesai panggung ini ditata, kami akan tetap main. Sebab kami berlatih sudah sangat lama, sekitar 6 bulan. Kami sudah banyak kehilangan waktu, tenaga, dan tentu saja biaya. Sia-sia sekali kalau kami tidak jadi main gara-gara panggung belum beres. Kami pun merasa berdosa pada Anda semua. Jadi jangan kuatir, kami pasti main.

Malam ini kami akan membawakan lakon berjudul MARNI versus Ayah, lakon yang sederhana tapi seru. Seru di sini bukan saja ramai, tapi punya arti lain, yaitu Sedikit Ruwet. Ini lakon tentang pertentangan anak muda dan orang tua, pertentangan pop dan klasik, tradisi dan modern. Pertentangan yang sebetulnya tidak perlu ada. Tapi begitulah, nyatanya pertentangan semacam ini selalu ada, dari waktu ke waktu. Dan gara-gara pertentangan ini, kita semua sering kehabisan waktu. Cinta, kata orang bisa menjadi jawaban semua masalah. Tapi dalam kasus ini, cinta mengakibatkan banyak masalah.

Lihat, apa yang terjadi dengan Marni, tokoh utama lakon ini. Marni !

MARNI : ( MENDEKAT )
Ya …

BAGUS :
Lho, kok cengegesan ? Kamu kan ceritanya lagi patah hati.

MARNI :
Kan belum mulai ?

BAGUS :
Oh, ya. Tapi ini sudah waktunya mulai. Siap dong, aktris harus siap sebelum mulai.

MARNI :
Tapi panggungnya juga belum siap.

BAGUS :
Lho, belum siap juga ? Ya ampun, lama betul. He, menejer panggung, masih lama ?

MENEJER PANGGUNG :
Sebentar lagi. Ngomong aja dulu.

BAGUS :
Eee .. sudah berbusa begini. Bisa keburu pulang nanti penontonnya.

MARNI :
Ya … jangan dong. Para penonton, mohon jangan pulang dulu ya ? Betul, ya ? Kan belum nonton Marni akting. Nanti ada door prize-nya lho.

BAGUS :
Ngawur. Door prize, memangnya infotainment. Sudah, sudah, sana siap-siap.
( MARNI PERGI )
Maaf. Itu tadi pemeran Marni. Dia ceritanya patah hati melulu. Karena setiap kali Marni jatuh cinta, atau ada pemuda jatuh cinta padanya, babenya selalu melarang. Dan anehnya, sang babe selalu punya alasan yang sama: aku sayang sama kamu NAK, jadi aku harus menjagamu. Gile, memangnya cinta itu kejahatan. Atau jangan-jangan babe si Marni ngidam jadi sekuriti.

MARJUKI :
He, ngomongin gue lu ? Sompret kamu. Berani-beraninya.

BAGUS :
Siapa ngomongin ? Ini perkenalan tokoh, namanya.

MARJUKI :
Pakai diperkenalkan segala. Memangnya saya tidak bisa memperkenalkan sendiri tokoh yang saya mainkan ?

BAGUS :
Bisa, bisa. Justru ini untuk membantu situ. Supaya penonton lebih jelas, Marjuki itu tokoh macam apa. Soalnya akting situ pas-pasan.

MARJUKI :
Sembarangan ! Saya aktor. Main saya dijamin bagus. Dalam lakon ini Marjuki pun tokoh penting, jelas karakternya. Tidak perlu diperkenalkan.

BAGUS :
Tetap perlu diperkenalkan, kawan. Jangan kata Marjuki, capres juga perlu perkenalan, perlu kampanye. Kalau tidak, nggak akan dapat dukungan publik. Malah ada capres yang bikin buku dulu sebelum mencalonkan diri. Mereka membangun imej yang hebat-hebat tentang dirinya. Padahal, begitu jadi presiden, sami mawon.

MARJUKI :
Sudah jangan ngelantur.

BAGUS :
Saya bukan ngelantur, saya bicara fakta. Eh, tahu tidak bedanya capres dengan aktor ?

MARJUKI :
Tahu. Mereka harus sama-sama jago akting.

BAGUS :
Pinter. Sekarang bedanya aktor dengan Presiden ?

MARJUKI :
Aktor menjalankan amanat lakon. Presiden menjalankan amanat rakyat.

BAGUS :
Betul. Terus ? Kenyataannya, presiden menjalankan amanat rakyat tidak ?

MARJUKI :
Itu pertanyaan saya juga. Sudah ah, kamu ngelantur lagi.

BAGUS :
Ini juga bagian dari amanat. Kita semua masing-masing punya tugas, misi atau amanat. Marjuki, dalam lakon ini punya tugas sebagai tokoh antagonis atau si jahat. Dalam kehidupan nyata, orang tua seperti Marjuki, tidak boleh begitu. Orang tua harus ngemong anak. Harus mengerti kemauan anak. Bukan main larang. Apalagi dalam urusan cinta.

BAGUS : ( MENYANYI )
CINTA ADALAH ANUGERAH ALAM
ANUGERAH SANG PENCIPTA
JANGAN COBA DIKEKANG
APALAGI DILARANG

BIARKAN CINTA TUMBUH
MENGIKUTI ATURAN ALAM
BIARKAN ANAK MERDEKA
MEMILIH JALAN

( PARA PEMAIN SUDAH SELESAI MENATA PANGGUNG KEMUDIAN IKUT MENYANYI )

TAPI PARA ORANG TUA
SELALU PUNYA SENJATA
DAN KAMI TERKAPAR TAK BERDAYA
“ JANGAN INI JANGAN ITU ”, KATA MEREKA SELALU

( SEMUA PEMAIN UNDUR DIRI, KECUALI MARNI DAN AYAHNYA )

LAMPU BERUBAH


ADEGAN SATU

BERANDA DEPAN RUMAH MARJUKI. SIANG.

SETELAH MENGGAMBARI SELURUH TEMBOK RUMAH, MARNI MENGGAMBARI LANTAI. ITULAH UNGKAPAN PROTES MARNI KEPADA SANG AYAH, SEBAB SELALU DILARANG PACARAN.

SEBELUMNYA, MARNI PROTES DENGAN CARA MOGOK BICARA SEMINGGU. SEBELUMNYA LAGI, IA MOGOK MAKAN DAN TIDAK KELUAR KAMAR 3 HARI TIGA MALAM.

MARJUKI BARU DATANG DARI KELURAHAN, KAGET MELIHAT AKSI MARNI.

MARJUKI :
Ya, ampun. Protes model apa lagi ini Marni ? Masa, seluruh rumah digambari begini ? Aduh … aduuhh … gambar apa pula ini ? ( MEMANDANG LEBIH SEKSAMA ) Ya ampun, Marni .. Marni … saya pikir protes kamu sudah cukup. Tujuh hari mogok bicara, 3 hari 3 malam mogok makan dan tidak keluar kamar, eh masih ada lagi. Seluruh rumah digambari begini. Lukisan abstrak lagi. Soal protes dengan cara yang lain-lain itu, okelah. Ayah bisa terima. Tapi lukisan abstrak ini, saya keberatan. Melukis itu ada aturannya. Pertama orang harus melukis realisme, surealisme, kemudian yang lain-lainnya, baru abstrak.

MARNI :
Itu kuno.

MARJUKI :
Apa salahnya kuno kalau baik ?

MARNI :
Apa salahnya modern kalau juga baik ?

MARJUKI :
Sudahlah Marni, jangan ajak ayah berdebat. Capek.

MARNI :
Marni juga capek, makanya kemaren seminggu diam.

MARJUKI :
Marni, sekali lagi ayah tegaskan. Ayah tidak melarang kamu pacaran. Ayah hanya tidak setuju dengan caramu. Kamu pacaran tidak kenal waktu. Pagi, siang, sore, malam. Itu satu. Kedua, ayah ingin kamu benar-benar memilih pemuda yang cocok.

MARNI :
Itu sama saja dengan melarang.

MARJUKI :
Lain, Marni. Beda.

MARNI :
Sama !

MARJUKI :
Mmm … berdebat lagi.

MARNI :
Dulu, ayah melarang Marni dekat sama Ongky. “ Jangan yang beda agama ” kata ayah. Lalu Marni dekat sama Taufik, ayah juga melarang. “ Jangan dengan anak pejabat. Miskin tidak pantas, kaya disangka KKN ” begitu.

Sekarang, Marni dekat sama Anto, jelas dia anak baik, se-iman, bukan anak pejabat. Apa lagi ? Apa ayah tidak ada kata lain selain “ jangan ” ?

MARJUKI :
Siapa rela punya anak pacaran sama pengangguran ?

MARNI :
Siapa bilang dia pengangguran ? Dia sekolah ayah.

MARJUKI :
Kalau sekolah ngapain tiap pagi mondar-mandir naik motor ?

MARNI :
Pagi dia ngojek.

MARJUKI :
Kapan sekolahnya ?

MARNI :
Anto Masuk siang.

MARJUKI :
Kalau sekolah siang kenapa malam-malam sering datang ke sini ? Habis sekolah mustinya pulang ke rumah, bukan main ke sini.

MARNI :
Malam dia narik angkot ayah. Kalau lagi sepi, atau angkotnya dibawa orang lain baru main. Kan tidak tiap malam Anto ke sini ?

MARJUKI :
O, supir tembak? Ampun Marni, apa yang bisa diharap dari tukang ojek dan sopir tembak?

MARNI :
Jangan kuatir. Dia punya cita-cita tinggi, punya platform !

MARJUKI :
Syarat yang diperlukan sebagai calon suami adalah hidup mapan, punya pekerjaan tetap, penghasilan cukup, dan sayang sama kamu.

MARNI :
Itu pendapat kuno.

MARJUKI :
Biar kuno kalau baik apa salahnya ?

MARNI :
Biar modern kalau baik juga apa salahnya ?

MARJUKI :
Jangan mengajak berdebat Marni. Capek !

MARNI :
Saya juga capek dan tidak ada waktu. Masih banyak yang harus Marni kerjakan. Seluruh rumah harus saya lukis. Tapi catnya kurang. Permisi dulu. Saya mau beli cat. ( PERGI )

MARJUKI :
Duh, aduh … ( MENYANYI )

AMPUN … AMPUN …
SUNGGUH-SUNGGUH MINTA AMPUN
PUNYA ANAK GADIS PUBER SEMATA WAYANG
REPOTNYA BUKAN KEPALANG
MAU DIKASIH KEBEBASAN
TAKUT JADI SALAH JALAN
TAPI KALAU DILARANG
BIKIN GEGERAN SIANG MALAM
AMPUN, AMPUN …!
LAMPU BERUBAH


ADEGAN DUA

AULA SEBUAH SMU. SIANG.

PARA SISWI / SISWA SEDANG ESKUL MENARI. MEREKA BERGERAK TANPA PENGHAYATAN. IBU WIWIK MEMBERI PENGARAHAN.

IBU WIWIK :
Coba perhatikan semua. Irna, Audi, Lala, semua tenang dulu sebentar.
( SETELAH SEMUA TENANG )

Perhatikan ya. Menari itu bukan asal bergerak. Tapi bergeraklah dengan perasaan, dengan emosi atau greget. Tanpa dibarengi perasaan, tarian kalian tidak akan menarik. Hambar, kosong. Seperti robot ! Dan penonton akan cepat bosan, lalu pulang. Menyedihkan. Tontonan yang ditinggalkan penonton sebelum waktunya adalah tontonan yang sangat menyedihkan.

Sekarang coba lagi dari awal. Coba pakai musik. Ibu mau ke toilet. Irna, pimpin teman-teman, ya. ( PERGI )

IRNA :
Baik, bu. Yuk, teman-teman. Langsung ya ?

LALA :
Istirahat dulu dong.

AUDI :
Heeh, BT nih.

YANG LAIN :
Ya. Pegel juga ya ?

AUDI :
Neyesel juga milih tari tradisi. Mana gerakannya lambaaattt … jawa banget deh !

YANG LAIN :
Ember …

IRNA :
Siapa yang dulu ngotot milih tari tradisi ?

AUDI :
Eh, bukan gue lagi. Keputusan bersama kan ?

LALA :
Ya. Tapi provokatornya kamu. Lala bilang modern dance aja. eh, kamu ngotot.

AUDI :
Gara-gara ibuku juga sih. Tradisi, tradisi aja, supaya kamu kenal tradisi. Tahunya pegeeelll. Gerakannya lambaaatttt … pantes Marni nggak mau ikut.

( MARNI MENDADAK MUNCUL )

MARNI :
Heh, latihan yang bener. Jangan mengeluh.

SEMUA :
Eh, nongol dia.

LALA :
Heh, katanya masih mogok sekolah. Kok nongol ?

MARNI :
Aku cuma mampir, habis beli cat.

AUDI :
Mau ngecat rumah ? Wah, mau hajatan rupanya ? Orang tua Anto mau melamar ?

MARNI :
Gila ! Tapi betul teman-teman, aku punya hajatan. Kalian harus datang, ya ?

IRNA :
Acara apa dong, yang jelas ?

MARNI :
Datang saja, pokoknya seru. Ini acara kejutan, jadi sengaja tidak pakai penjelasan. Datang dan bawa makanan apa saja, kueh kek, rujak kek. Apa saja, soalnya aku nggak sempat masak. Kabarkan ke yang lain ya ? Dah .. ( PERGI )

AUDI :
Acara apa sih ?

SEMUA :
Mana tahu.

LAMPU BERUBAH


ADEGAN TIGA


DI SEBUAH TEMPAT. MALAM.

ANTO SENDIRIAN, HATINYA GUNDAH.


ANTO : ( MENYANYI )

… DUDUDUDU … DUDU .. DUDUDU .. DU …
HUHU .. HUHU . HUHU … YEHE .. HEHE ……

SIAPA BILANG CINTA INDAH UNTUK DIKENANG
DUDUDU … DUDU .. DUDU .. DUDU …
YEYEYEYEY … YEY .. YEY .. YEYE ….

( CEPI, DATANG DIAM-DIAM. NIMBRUNG NYANYI )

UNTUK DIKENANG SIAPA BILANG CINTA INDAH
CINTA INDAH SIAPA BILANG UNTUK DIKENANG
DIKENANG UNTUK SIAPA CINTA INDAH BILANG

CEPI : ( MENYANYI )

SIAPA SANGKA, CINTA MARNI BIKIN PATAH HATI
SIAPA SANGKA, CINTA MARNI DILARANG PAK MARJUKI

ANTO :
Setan kamu !

CEPI :
Tenang kawan, tenang. Harap tenang. Semua aman terkendali, karena ada Cepi. Kamu ingat kan ? Bayu, Agus, Edo, Tyas, Audi, Lala, Irna, semua pernah punya masalah dalam urusan cinta. Tapi begitu Cepi datang, semua masalah selesai. Jadi harap sabar, tenang.

ANTO :
Memang siapa yang ribut ?

CEPI :
Sekarang aku sedang berpikir, bagaimana supaya ayah Marni bisa menerima kamu. Tapi sebelumnya dengar kataku. Ini penting dan perlu diketahui semua orang. Ini ilmu kuno, tapi manjur. Sayang orang sering melupakan.

Begini, dalam hidup ini ada dua hal yang harus diingat: sukses atau gagal. Menang atau kalah. Untung atau buntung. Senang atau sedih. Bahagia atau sengsara. Dalam urusan cinta, juga hanya ada dua kemungkinan: diterima atau ditolak. Jadi tenanglah.

ANTO :
Memang siapa yang ribut ?

CEPI :
Kalau cinta diterima, kita memang bahagia. Tapi sebetulnya ada sejuta resiko menunggu. Kamu harus apel setiap malam Minggu, harus datang tepat waktu, harus berpikir baju dan parfum apa yang pantas dipakai, punya uang saku, dan hadiah apa yang pantas diberikan pada saat si dia merayakan ulang tahun.

ANTO :
Memang siapa yang bikin aturan begitu ?

CEPI :
Itu baru tahap-tahap awal. Tahap berikutnya, lebih repot. Kamu harus datang silaturahmi pada kakek-neneknya, pada para om dan tentenya waktu mereka hajatan, harus datang waktu sepupu-sepupu dia kawin, atau ultah dan semacamnya.

ANTO :
Siapa yang bikin aturan begitu ?

CEPI :
Pada tahap yang paling serius, waktu kamu sudah nikah dengan dia misalnya, kamu akan dibilang orang paling sombong dalam keluarga mereka, hanya gara-gara tidak datang waktu mereka bikin acara arisan keluarga. Bayangkan, arisan keluarga, acara paling membosankan di dunia pun kamu harus datang. Itulah resiko kalau cinta kita diterima seorang gadis. Jadi ditolak, sebetulnya lebih bagus.

( ANTO TERTAWA )

CEPI :
Kenapa tertawa ?

ANTO :
Kamu penyitir yang hebat.

CEPI :
Maksudnya ?

ANTO :
Kamu menyitir buku “ Enaknya Hidup Membujang ” kan ?

CEPI :
Kok tahu ?

ANTO :
Yang nulis buku itu pamanku. Aku sudah baca sebelum buku itu dicetak. Aku pikir cuma aku yang hafal luar kepala, ternyata kamu lebih hafal lagi. Kapan kamu baca buku itu, tadi siang ya ?

CEPI :
Bukan. Tadi sebelum ke sini.

ANTO :
Pantes, hafal sampai titik komanya.
Tapi maaf Cepi, aku tidak sepakat dengan buku itu. Ogah aku jomblo seumur hidup. Aku betul-betul sayang sama Marni, dan ingin suatu saat hidup bersamanya. Bisa tidak bisa, harus bisa. Apa pun rintangan yang menghadang, akan kuterjang. ( PERGI )

CEPI :
Anto, tunggu. Anto ! Busyet, Romeo sekali.
( MENYUSUL ANTO )

LAMPU BERUBAH

ADEGAN EMPAT

RUMAH MARJUKI. SIANG

IRNA, AUDI, LALA DAN BEBERAPA TEMAN MARNI DATANG.
MEREKA SEMUA LANGSUNG MENGAGUMI LUKISAN MARNI.
MARJUKI MENEMUI MEREKA, MARNI TIDAK DI RUMAH.


MARJUKI :
Silahkan, silahkan masuk semua.

SEMUA :
Terimakasih …

AUDI :
Marni pergi jam berapa, om ?

MARJUKI :
Sekitar jam 8 mungkin. Buru-buru rupanya, malah tidak pamit. Kapan Marni menyampaikan undangan dan bilang ada hajatan ?

AUDI :
Kemarin. Marni mampir ke sekolah.

IRNA :
Marni bilang, acara kejutan. Jadi tidak pakai penjelasan acaranya apa.

LALA :
Ya. Keliatannya kemaren dia buru-buru sekali. Habis beli cat dan banyak pekerjaan di rumah. Dia juga pesan supaya kami bawa makanan. Marni tidak akan sempat masak katanya. Ini om, kami bawa jajan pasar.

MARJUKI :
O, begitu ya ? Ya .. ya.. Terimakasih .. terimakasih. Mungkin yang Marni maksud acara kejutan ya ini, lukisan-lukisan yang memenuhi rumah ini. Sebab setahu saya tidak ada kejutan lain. Kami pun tidak punya hajatan apa-apa. Jadi silahkan menikmati lukisan-lukisan ini.

( SEMUA LANGSUNG MENGAGUMI LUKISAN MARNI )

AUDI :
Ini semua Marni yang melukis om ?

MARJUKI :
Ya, Marni semua.

IRNA :
Luar biasa. Sangat berbakat.

LALA :
Fantastis !

IRNA :
Di mana Marni belajar melukis om ? Setahu saya, di sekolah Marni tidak pernah belajar.

MARJUKI :
Saya juga kurang tahu. Sejak kanak-kanak Marni lebih tertarik menari atau menyanyi.

AUDI :
Apa ini yang dikerjakan Marni selama seminggu lebih tidak masuk sekolah ?

MARJUKI :
Marni mengerjakan ini hanya sehari semalam.

SEMUA :
Oh … luar biasa.

IRNA :
Sangat luar biasa ! ( BEBERAPA SAAT DIAM )
Om, ada apa sebetulnya dengan Marni ?

LALA :
Apa dia sedang jatuh cinta dan ...

AUDI :
.. .dan om melarangnya ?

MARJUKI :
Saya tidak pernah melarang. Saya hanya meminta Marni memilih pemuda yang tepat dan jangan pacaran sembarang waktu. Jangan sampai pacaran mengganggu jam belajar. Itu kan tuntutan umum setiap orang tua ?

IRNA :
Mungkin cara om meminta pada Marni terlalu keras, dan …

LALA :
.. dan Marni terluka hatinya.

IRNA :
Ya, terluka hatinya. Lihat om, lihat semua lukisan itu. Saya bisa menangkap, luka hati yang sangat, sangat …

AUDI :
… sangat dalam ….

IRNA :
Maaf om, sebagai orang tua om tentu lebih tahu bagaimana menyayangi anak.
Tapi sebagai anak, kami-kamilah yang lebih tahu apa yang kami butuhkan dari orang tua. ( PADA AUDI ) Bukan begitu ?

MARJUKI :
Mungkin begitu …

AUDI :
Lihat om, lihat lukisan yang sebelah sini.

MARJUKI :
Ya, saya lihat.

AUDI :
Om lihat warna putih yang menggumpal seperti awan ?

MARJUKI :
Ya.

AUDI :
Apa yang om rasakan waktu melihat gumpalan warna putih itu ?

MARJUKI : ( BINGUNG )
Ee … e ..

AUDI :
Saya merasakan hati pelukisnya yang tengah kosong, hilang harapan, hampa.

LALA :
Mungkin, waktu Marni melukis itu, darahnya tengah berhenti mengalir, karena kepedihan yang sangat.

IRNA :
Bisa jadi hati Marni serasa terbang ke awan, sebab bumi tempatnya berpijak tidak memberi harapan apa-apa.

AUDI :
Om lihat, warna hitam di lantai sebelah sini ?

MARJUKI :
Yang mirip gua karang bolong ?

AUDI :
Ya. Apa yang timbul dalam imajinasi om memandang lukisan ini ?

MARJUKI : ( BINGUNG )
Ya .. ada semacam ..

IRNA :
Saya merasakan masa depan yang suram, gelap ..

LALA :
Seperti masuk sumur tanpa dasar.

AUDI :
Persis !

IRNA :
Mungkin sebaiknya om bicara dengan Marni, tanyakan apa yang terjadi. Semua lukisan ini adalah isyarat yang sangat jelas, hati Marni sedang kacau. Mungkin ada keinginan terpendam yang tidak kesampaian. Kalau saya jadi om, saya akan kabulkan apa pun keinginan Marni.

LALA :
Ya, om harus bicara dan mengabulkan keinginannya.

IRNA & AUDI :
Harus.

MARJUKI : ( RAGU-RAGU )
Ya, ya, soal bicara dengan Marni saya rasa itu usulan yang baik. Dan saya sudah sering mencoba. Tapi kalau soal mengabulkan keinginan Marni, harus saya timbang-timbang dulu. Dan, maaf ya, anu, saya ada rapat RT di kelurahan. Saya sudah terlambat. Saya kan ketua RT paling senior di kampung ini, jadi malu kalau terlambat. Apa kalian mau menunggu Marni pulang, atau bagaimana ?

AUDI : ( BINGUNG )
Mungkin …

IRNA : ( BINGUNG JUGA )
Mungkin sebaiknya kami pulang.

LALA :
Ya. Nanti kami datang lagi kapan-kapan.

YANG LAIN :
Salam buat Marni ya om.

IRNA :
Sampaikan pada Marni, kami gembira sekaligus sedih atas acara kejutan ini.

MARJUKI :
Ya, ya … saya sampikan nanti.

( TEMAN-TEMAN MARNI PERGI )

MARJUKI :
Kurang ajar. Berani-beraninya kasih nasehat sama saya. Apa hak mereka menyuruh saya menuruti apa saja kemauan anak saya ? Sok pintar. Aku susah payah membiayai anakku, aku punya hak atas masa depan anakku. Ini pasti akal-akalannya si Marni sama si Anto.

MARNI : ( MUNCUL DARI DALAM )
Jangan menuduh sembarangan, ayah. Aku tidak tahu apa-apa. Apa lagi Anto. Semua yang mereka lakukan tadi, adalah isnisiatif mereka sendiri. Aku sudah mencegah tapi mereka ngotot. Itu sebabnya aku pergi.

MARJUKI :
Mereka datang atas undanganmu kan ?

MARNI :
Aku memang mengundang mereka, tapi sekedar untuk ngobrol dan pamitan. Aku mau jadi TKI ke luar negeri. Itu protesku selanjutnya pada ayah. Dan aku akan terus protes sampai ayah mengijinkan aku pacaran sama Anto.

MARJUKI :
O, begitu ? Jadi kamu pikir dengan protes keras ayah akan mengijinkan ?

MARNI :
Tentu ada syarat lain. Aku harus mandiri. Dengan bekerja aku punya uang. Dengan uang aku bisa menentukan masa depanku sendiri. Selamanya anak akan kalah suara, kalau anak masih tergantung sama uang orang tua.

MARJUKI :
Stop Marni ! Itu pikiran yang dangkal.

MARNI :
Kita tidak perlu berdebat ayah. Aku pergi dulu, banyak urusan. ( PERGI )

MARJUKI :
Marni … ( MENGEJAR MARNI )


LAMPU PADAM


ADEGAN LIMA


SEBUAH TEMPAT. MALAM.

ANTO SEDANG DIBUJUK CEPI UNTUK SEGERA MENEMUI MARNI

CEPI :
Aku serius Anto. Kamu harus ke rumah Marni. Kamu akan menyesal kalau Marni keburu pergi.

ANTO :
Kalau memang mau pergi masa dia tidak kasih tahu aku ?

CEPI :
Mungkin belum sempat kasih tahu.

ANTO :
Dari mana kamu dapat berita itu ?

CEPI :
Irna, Audi, Lala, semua sudah tahu.

ANTO :
Kalau dia sempat kasih tahu semua orang masa saya tidak dikasih tahu ?

CEPI :
Mungkin belum sempat, makanya datang supaya tahu. Cari berita, jangan pasif.

ANTO :
Barangkali memang sengaja tidak mau kasih tahu. Sudah tidak peduli sama aku.

CEPI :
Aku tahu sifat Marni. Tidak mungkin dia begitu.

ANTO :
Nyatanya dia begitu.

CEPI :
Tidak mungkin Anto. Aku yakin ini soal waktu. Mungkin dia menunggu waktu yang tepat untuk bicara sama kamu. Kalian kan lama tidak saling ketemu. Biasanya kamu datang ke rumah Marni, sekarang tidak. Biasanya kalian jalan bareng, sekarang tidak. Marni juga lama tidak masuk sekolah.

ANTO :
Memang tidak bisa telpon ?

CEPI :
Telpon ke mana ? Kamu HP tidak ada, di rumah jarang.

ANTO :
Jelas, dia sudah berubah. Tidak sayang aku lagi.

CEPI :
Dari pada mengambil kesimpulan buru-buru dan salah, lebih baik kamu buru-buru ke rumah Marni dan semuanya jadi jelas. Tidak ada yang salah terima, tidak ada yang sakit hati. Ayo, kita ke sana. Aku siap menemani.

ANTO :
Kalau ayahnya mengusir kita bagimana ? Aku trauma pernah diusir.

CEPI :
Diusir kita pergi. Dimarahi kita diam. Disuguhi kita makan.

ANTO :
Kamu bisa bilang begitu, coba kamu jadi aku.

CEPI :
Kalau aku jadi kamu, tidak akan pernah diusir. Malah ayah Marni yang akan kubikin mencari-cari aku.

ANTO :
Bagaimana caranya ?

CEPI :
Anak gadisnya kita buntingin !

ANTO :
Ngaco !

CEPI :
Ayo berangkat. Ambil motormu dong.

ANTO :
Jalan kaki saja. Knalpotnya tambah bocor, berisik sekali. Ayah Marni paling benci mendengar bunyi motorku.

CEPI :
Ya sudah. Ayo !

ANTO :
Kamu jalan di depan, aku di belakang.

CEPI :
Aduh. Begitu amat. Seberapa trauma sih ?
( CEPI JALAN, ANTO MENGIKUTI DI BELAKANGNYA )

ANTO : ( BERHENTI )
Tunggu Cepi. Bagaimana kalau Marni tidak mau menemui kita ?

CEPI :
Gampang, ingat saja nasehat buku “ Enaknya Hidup Membujang ”. Oke ?

ANTO :
Tidak. Lebih baik aku pulang. ( PERGI )

CEPI :
Ampun … Anto, Anto ! Kenapa kamu jadi pengecut begitu sih ? Anto ! Ampuuunn.
( ANTO TERUS JALAN, CEPI MENGIKUTI )

LAMPU BERUBAH
ADEGAN ENAM

TAMAN DEKAT SEKOLAH. SORE.

MARNI DIBUJUK TEMAN-TEMANNYA SUPAYA JANGAN PERGI.

INTRO MUSIK

AUDI :
Jangan Marni, jangan pergi. Pergi tidak akan menyelesaikan masalah.

IRNA :
Justru kamu akan bikin masalah baru.

LALA :
Jadi TKI itu tidak gampang Marni. Kamu akan banyak kesulitan.

IRNA :
Sebaiknya kamu segera masuk sekolah. Sebentar lagi kita ujian, tahun depan kita harus kuliah. Lupakan keinginan konyol itu.

SEMUA :
Lupakan … Marni !

MARNI : ( MENYANYI )

AKU HARUS PERGI
RUMAH TAK LAGI MEMBERIKU KEDAMAIAN
SEBAB AKU DAN AYAH TAK PERNAH SEPAHAM
CINTA PEMUDA YANG KUDAMBAKAN
SELALU LEPAS DARI GENGGAMAN

AUDI :
Bersabarlah, Marni. Kita masih banyak kesempatan. Waktu berjalan, sikap ayahmu pasti berubah.

IRNA :
Orang seusia kita selalu diangap masih kanak-kanak. Dianggap belum waktunya pacaran.

LALA :
Memang menjengkelkan, tapi di mana-mana selalu begitu.

MARNI : ( MENYANYI )

AKU TAK MAU BEGITU
MASA DEPANKU ADALAH MILIKKU
URUSAN CINTA HARUS KITA YANG MENENTUKAN

IRNA :
Tapi ayahmu bilang tidak melarangmu pacaran. Dia hanya minta kamu memilih pemuda yang tepat, dan jangan sampai pacaran mengganggu belajar.

MARNI : ( MENYANYI )

ITU SAMA DENGAN MELARANG

Ayahku bahkan pernah mengusir Anto. Gara-garanya sangat sepele. Suara berisik knalpot motor Anto yang bocor. Padahal ada banyak suara knalpot motor yang lebih berisik lewat di depan rumah. Itu tidak adil.

AUDI :
Tapi semua pacar-pacar kita pernah ada masalah dengan orang tua kita. Semua pernah diperlakukan tidak adil. Hubungan kalian pasti akan membaik.

MARNI :
Ketidakadilan harus diperjuangkan, kawan. Sebab ia tidak datang dari langit. Hubungan bisa saja membaik, tapi pasti ada prinsip dan hak-hak yang dilanggar. Ada yang menindas dan tertindas. Dan itu tidak baik.

LALA :
Tapi kami tetap tidak rela kamu pergi Marni. Apa lagi pergi ke luar negeri untuk jadi TKI.

IRNA :
Ya. Omonganmu yang pintar tadi membuktikan kamu tidak pantas jadi TKI. Kamu harus lulus SMU dan kuliah.

MARNI :
Soal ke luar negeri dan jadi TKI, bisa jadi aku memang asal bicara. Yang jelas aku harus pergi dari rumah. Mungkin itu protes yang mempan buat ayahku.

AUDI :
Itu lebih baik Marni. Kamu bisa tinggal di rumahku. Soal biaya sekolah, jangan kuatir. Ayahku pasti mau bantu.

LALA :
Ayahku juga pasti mau bantu. Tapi kamu harus tinggal bergiliran di rumah kami bertiga dong, supaya adil.

IRNA :
Ya. Aku setuju.

AUDI :
Kalau kamu tidak ke luar negeri, pacaran sama Anto tetap berjalan lancar. Hidup backstreet !

MARNI :
Tunggu. Kalian jangan salah ngerti. Aku pergi dari rumah bukan semata-mata protes.
Tapi juga bermaksud mandiri. Supaya aku tidak tergantung siapa-siapa. Supaya aku merdeka menentukan masa depan. Tinggal di rumah kalian jelas bukan pilihan yang tepat. Aku tetap jadi tanggungan orang.

AUDI :
Itu tidak masalah Marni. Kami ikhlas membantumu. Itulah gunanya sahabat.

LALA :
Yang penting kamu tetap bisa sekolah.

MARNI :
Prioritas utamaku sekarang cari kerja supaya bisa membiayai hidupku sendiri.
Sekolah aku pikirkan belakangan. Soal pacaran dengan Anto, aku sendiri tidak yakin tetap bisa jalan. Sejak diusir ayahku, dia tidak pernah muncul lagi. Dia ternyata pengecut. Tapi terimakasih atas iktikad baik kalian. Selamat sore, aku pergi dulu. Ada perlu. ( PERGI )

IRNA :
Marni, tunggu. Marni !

LALA & AUDI :
Marniii …

AUDI :
Bagaimana sih dia ?

IRNA :
Kok kepala batu banget ?

LALA :
Memang kepala batu dari sononya.

( CEPI MUNCUL BERGEGAS )

CEPI :
He, lihat Marni ?

AUDI :
Baru pergi.

CEPI :
Anto ?

AUDI :
Nggak. Sudah lama nggak lihat Anto. Bukannya dia jarang masuk sekarang ?

CEPI :
Memang.

IRNA :
Ada apa ?

CEPI :
Mungkin cuma Anto yang bisa membujuk Marni tidak kabur ke luar negeri.
Kemaren aku bicara sama Anto supaya dia datang menemui Marni, tapi gagal. Malah Anto ngambek. Merasa tidak dipamiti. Memang Marni belum pamit sama Anto, ya ?.

IRNA :
Kelihatannya begitu. Marni juga ngambek karena Anto tidak pernah datang lagi sejak dimarahi ayahnya.

CEPI :
Begitu ? Wah, tambah ruwet dong. Terus bagimana ini ?

IRNA :
Bagaimana, bagaimana ? Kita juga tidak tahu bagaimana.
( MENDADAK TERFIKIR ) Cepi, bagaimana kalau kita bagi tugas ?
Begini, coba temui Marni …

CEPI :
Saya tadi ke rumah dia, tapi tidak ada …

LALA :
Tadi dia di sini …

IRNA :
Temui Marni, bujuk supaya ketemuan sama Anto. Saya, kami bertiga ini, membujuk Anto supaya ketemuan sama Marni. Bagaimana ?

CEPI :
Tapi Anto sudah dibilangin juga bandel.

IRNA :
Kamu jangan ikutan bandel. Kita berbagi tugas, setuju ? Oke ?

CEPI :
Oke.

LAMPU BERUBAH.

ADEGAN TUJUH

TAMAN YANG SAMA, BEBERAPA HARI KEMUDIAN. SORE.

MARNI BERTEMU ANTO.
MARNI SUDAH LAMA MENUNGGU, DUDUK DIAM-DIAM.
ANTO DATANG KEMUDIAN, JUGA DIAM-DIAM.

MARNI :
Aku kira tidak datang …

ANTO :
Aku kira kamu juga tidak datang …

( BEBERAPA SAAT ANTO SALAH TINGKAH. MAU DUDUK DI SEBELAH MARNI TAPI RAGU. AKHIRNYA IA DUDUK JUGA, TAPI AGAK JAUH. SUASANANYA SUNGGUH KAKU )

ANTO :
Kamu mau pergi untuk menghindari aku kan ?

MARNI :
Kamu tidak pernah datang ke rumah lagi, kenapa ?

ANTO :
Supaya ayahmu tenang, karena tidak ada suara knalpot motor yang berisik.

MARNI :
Bijaksana sekali …

ANTO :
Aku harus tahu diri. Aku kan cuma tukang ojek dan sopir tembak. Jangan kata pacaran sama kamu, datang ke rumahmu pun aku tidak pantas.

MARNI :
Oo … jadi begitu cara berpikirmu ? Kalau begitu kamu lebih cocok jadi anak ayahku, dan memang tidak pantas jadi pacarku. Maaf … selamat tinggal ! ( PERGI )

ANTO : ( KAGET )
Marni .. Marni …

( MARNI BALIK LAGI )

MARNI :
Maaf, saya tidak ada urusan sama tukang ojek. ( MAU PERGI LAGI TAPI ANTO MENAHANNYA )

ANTO :
Maaf Marni, aku tidak bermaksud membuat kamu marah.

MARNI :
Kamu sudah membuat aku marah.

ANTO :
Maaf. Aku tidak akan membuat kamu marah lagi. Maaf.

MARNI :
Katakan dengan jujur, kenapa lama tidak datang ? ( LAMA TIDAK MENJAWAB ) Katakan ! Kamu takut sama ayahku ? Aku benci orang yang pengecut Anto. Aku yakin kamu juga benci orang semacam itu. Jadi salahkan dirimu sendiri, jangan menyalahkan aku. Aku mau pergi dari rumah, tujuanku jelas. Aku protes keras pada ayahku karena dia berlaku tidak adil pada kita. Jelas ?

ANTO :
Kamu betul, aku pengecut..

MARNI :
Bagus kalau kamu sadar. Tapi kenapa harus berlaku pengecut ? Kamu tidak salah apa-apa sama ayahku. Pacaran juga bukan kejahatan. Yang penting kita tahu batas.

ANTO :
Ya. Tapi mungkin ayahmu betul. Kamu harus memilih pemuda yang tepat. Dan itu bukan aku.

MARNI :
Stop ! Jangan mulai lagi Anto. Selain benci pengecut, aku juga benci orang rendah diri. Dulu kamu begitu percaya diri dengan semua yang kamu kerjakan. Kamu punya cita-cita dan berjuang keras untuk meraihnya. Itu kelebihan kamu. Itu juga yamg membuat aku … sayang … sama kamu. Jadi tolong jangan berubah.

ANTO :
Kamu .. betul-betul sayang sama aku ?

MARNI : ( MALU )
Ah, pakai nanya lagi.

ANTO :
Tapi nilaiku jeblok. Aku banyak narik dan bolos sekolah. Aku kuatir tidak lulus.

MARNI :
Belum terlambat untuk mengejar ketinggalan.

ANTO :
Biaya kuliah makin mahal, apa aku sanggup ?

MARNI :
Pasti sanggup. Kamu pekerja keras. Kalau perlu kamu bisa kerja yang lain, yang penghasilannya lebih banyak.

ANTO :
Tapi ngojek pekerjaan bersejarah, Marni. Itu kan yang mempertemukan kita ?

MARNI :
Ya. Suara knalpot motormu yang berisik membuat aku selalu menengok setiap kamu lewat di depan rumah.

ANTO :
Ya. Dan kamu bilang pada teman-temanmu, aku tukang ojek paling keren.

MARNI :
Yang jelas kamu berbeda. Tukang ojek lain kalau nunggu penumpang main gaple, kamu bikin PR. Tukang ojek lain selalu siap dengan uang kembalian, kamu tidak. Tukang ojek lain siap menerima uang tip, kamu malu-malu.

ANTO :
Sekarang aku tidak malu, supaya cicilan motor cepat lunas.

MARNI :
Eh, berapa utangku ?

ANTO :
Utang apa ?

MARNI :
Langganan ngojek sama kamu.

ANTO :
Simpan saja uangmu. Aku lagi tidak butuh.

MARNI :
Yang kamu butuh apa dong ?

ANTO :
Pakai tanya lagi. Kita kan lama nggak ketemu ?
Marni. ( MEMEGANG TANGAN MARNI )

MARNI : ( MALU )
Apa sih ?

ANTO :
Soal pergi ke luar negeri, kamu tidak sungguh-sungguh kan ?

MARNI :
Tidak tahu. Yang jelas, aku harus pergi dari rumah. Aku tidak tahan, ayahku betul-betul kelewatan. Tidak adil. ( MENANGIS ) Aku harus protes. Harus ! Sampai ..

ANTO :
Setuju, boleh saja protes. Tapi kan bisa dengan cara lain. Pergi dari rumah, bukan cara yang tepat. Nanti semuanya jadi kacau.
( MARNI TERUS MENANGIS. ANTO MENENANGKAN )
Tunggu, tenang dulu. Tenang Marni. Dengar. ( MARNI DIAM )
Bagaimanapun, rumah adalah tempat terbaik untuk memulai segala rencana, segala cita-cita. Dan orang tua, segalak apa pun, tetap sayang sama anak.

MARNI :
Sok tahu, ah !

ANTO :
Aku tidak sok tahu, Marni. Tapi memang tahu.
Kamu juga tahu ayahmu sayang sama kamu. Kamu hanya sedang emosi.

MARNI :
Terus aku harus bagaimana ? Apa usulmu ?

ANTO :
Kamu janji tidak akan pergi ?

MARNI :
Ya. Asal kamu tetap ke rumah seperti biasa.

ANTO :
Janji kembali masuk sekolah ?

MARNI :
Ya. Janji.

ANTO :
Oke. Aku punya usul untuk kamu. Ayo, kita bicara di tempat lain.

( MEREKA PERGI )

LAMPU BERUBAH

ADEGAN DELAPAN

RUMAH MARJUKI. MALAM.

CEPI DATANG KE RUMAH MARJUKI UNTUK MENYAMPAIKAN PESAN MARNI.

MARJUKI :
Ya ampun, jadi Marni betul-betul mau pergi ke luar negeri ? Aku pikir cuma gertak.

CEPI :
Rupanya begitu, om. Saya juga tidak menyangka Marni sungguh-sungguh.

MARJUKI :
Terus di mana Marni sekarang ? Kapan berangkatnya ?

CEPI :
Saya juga tidak tahu. Dia cuma bilang sekarang ada di tempat penampungan. Saya tanya bolak-balik di mana alamatnya, dia tetap tidak mau menjawab.

MARJUKI :
Tapi apa secepat itu prosesnya ? Diterima jadi TKI bukannya prosesnya panjang ?

CEPI :
Itu juga pernah saya tanya. Dia bilang, “ semua bisa diatur ” asal ada uang.

MARJUKI :
Dari mana Marni dapat uang ?

CEPI :
Ya dari uang gaji Marni yang dipotong tiap bulan nanti. “ Semua dibiayai sama agen ”, begitu Marni bilang.

MARJUKI :
Apa nama agennya ? Di mana alamatnya ?

CEPI :
Marni tidak sebut-sebut om. Dia hanya minta tolong saya supaya mengambil beberapa baju yang ketinggalan.

MARJUKI :
Ya ampun, Marni .. Marni. Apa sebegitu besar marahmu sama ayah, sampai-sampai harus pergi keluar negeri jadi TKI ? Tidak pamit lagi. Coba nak Cepi pikir, apa pantas ?

CEPI :
Kalau ditanya pantas atau tidak, jelas tidak pantas. Tapi kelihatannya, Marni memang sangat marah sama om. Tapi terus-terang, sebagai teman, saya tidak setuju Marni pergi. Marni sebentar lagi ujian dan tahun depan harus kuliah. Setelah lulus kuliah, terserah mau ke mana dan jadi apa. Jadi TKI ke luar negeri pun tidak masalah. Itu bukan hal yang jelek. Menyelesaikan kuliah, lebih aman buat masa depan Marni.

MARJUKI :
Ah, itu baru pikiran sehat. Terus, teruskan nak …

CEPI :
Maaf om, saya tidak bisa lama. Marni memerlukan baju yang saya ambil.

MARJUKI :
Kapan Marni mau ambil baju-baju itu ? Di mana kalian janjian ketemu ?

CEPI :
Maaf om, saya tidak boleh bilang. Itu pesan Marni.

MARJUKI :
Tolonglah nak Cepi, sebutkan. Saya harus ketemu Marni sebelum dia pergi. Tolong, saya mohon sekali. Please …

CEPI :
Sekali lagi, maaf om. Saya tidak bisa melanggar janji.

MARJUKI :
Please …

CEPI :
Maaf ommm …. Saya tidak bisa. ( MENATAP MARJUKI BEBERAPA SAAT )
Tapi, kalau om bersedia kerjasama dengan saya, kita sebetulnya bisa membatalkan Marni pergi. Seperti saya bilang tadi, saya tidak setuju Marni pergi.

MARJUKI :
Membatalkan Marni pergi ? Bagaimana caranya ? Jelas saya setuju.

CEPI :
Tapi jangan sampai dia tahu. Ini rahasia antara kita. Om Setuju ?

MARJUKI :
Setuju. Saya bisa pegang janji. Bagaimana caranya ?

CEPI :
Tunggu dulu. Saya mau tanya, tolong jawab dengan jujur Apa sebetulnya yang membuat Marni marah sama om ?

MARJUKI :
Saya melarang Marni pacaran sama Anto.

CEPI :
Kenapa ?

MARJUKI :
Saya tidak tahu persis. Saya merasa, si Anto sebetulnya anak baik. Jadi, saya tidak sungguh-sungguh melarang. Tapi Marni keburu protes keras.
Merasa tidak didengar omongannya, saya jadi tambah jengkel.

CEPI :
Saya lihat Marni begitu juga. Makin dilarang, makin menentang. Intinya sama: ingin didengar suaranya.

MARJUKI :
Begitu ?

CEPI :
Begitu.

MARJUKI :
Jadi bagaimana caranya supaya Marni tidak jadi pergi ?

CEPI :
Turuti saja kemauannya. Toh om sudah yakin Anto anak baik.

MARJUKI :
Nak Cepi bisa jamin 100% Marni batal pergi ?

CEPI :
Saya harus ketemu Marni dulu.

MARJUKI :
Kalau begitu temui Marni, segera. Katakan, saya akan ijinkan Marni pacaran sama Anto. Sesudah itu, ajak mereka berdua ke sini supaya mendengar langsung dari saya.

CEPI :
Om Marjuki bisa pegang janji ?

MARJUKI :
Bisa. Saya jamin !

CEPI :
Baik. Kalau begitu saya jamin 100% Marni batal pergi. Permisi dulu om, saya harus cari Marni dan Anto sekarang juga. Saya akan kabarkan berita gembira ini.

( IRNA, AUDI, LALA DAN BEBERAPA TEMAN MARNI YANG LAIN MENDADAK MUNCUL )

IRNA :
Tunggu Cepi ! Maaf om Marjuki, kami mendengar semua pembicaraan ini. Kami ikut gembira. Tapi itu tidak cukup. Harus ada jaminan tertulis bahwa om Marjuki akan menepati janji.

CEPI :
Tidak Irna, aku percaya orang tua bijaksana ini.

AUDI & LALA :
Perlu dong !

( ANTO MUNCUL )

ANTO :
Tidak, tidak perlu. Cepi betul. Saya juga percaya om Marjuki akan menepati janji. Ini kan bukan urusan jual beli tanah atau semacamnya. Tapi urusan anak dan orang tua. Jangan repot-repot. Janji secara lisan sudah cukup.

IRNA :
Tapi …

MARJUKI :
Nak Anto betul, jangan repot-repot. Makin kita repot, makin lama Marni di penampungan TKI. Kasihan dia. Lebih baik kita cari Marni sekarang. Apa kalian ada yang tahu alamatnya ?

( MARNI MUNCUL DARI ARAH DALAM )

MARNI :
Marni sudah di sini ayah. Tidak usah dicari.

MARJUKI : ( KAGET )
Marni ? Ah, kemarilah kamu nak. Ayah sangat kuatir ada apa-apa dengan kamu.

MARNI :
Jangan kuatir ayah, Anto menjaga aku. Kalau bukan karena dia, aku pasti jadi TKI sungguhan.

MARJUKI :
Syukur .. syukur kalau begitu. Terima kasih nak Anto.

ANTO :
Marni melebih-lebihkan om.

MARNI :
Anto meyakinkan aku begitu rupa, segalak apa pun, ayah tetap sayang aku. Dan rumah adalah tempat terbaik menyusun rencana dan cita-cita.

MARJUKI :
Bagus. Kamu menemukan pemuda yang tepat anakku.
Dan kamu tidak tinggal di tempat penampungan bukan ?

MARNI :
Tidak.

IRNA, AUDI & LALA :
Di rumah kami om. Kami bertiga.

MARJUKI :
Jadi siapa yang mengatur nak Cepi datang ke mari dan main sandiwara di depan saya ?

ANTO :
Saya om. Sayalah komadan semua sandiwara malam ini. Sebagai komandan saya tidak akan lari. Saya siap diadili.

MARJUKI :
Bagus. Itu komandan yang baik. Anda siap saya tuntut di depan penghulu menikahi anak saya ?

ANTO :
Sekarang ?

IRNA & YANG LAIN :
Huuuu …

MARJUKI :
Nanti, setelah lulus kuliah dong.

ANTO :
Marni, siap jadi anggota Dharma Wanita ?

MARNI : ( MALU )
Idih, masa harus dibahas sekarang ? Sudah malem lagi. Kayaknya durasinya sudah lewat deh. Stage manager mana sih ? Stage manager !

YANG LAIN :
Stage manager !

CEPI :
Dia nggak tahu stage manager. Tahunya menejer panggung. Menejer panggung !

MENEJER PANGGUNG :
Ya, ya …

MARNI :
Durasinya sudah lewat belum ?

MENEJER PANGGUNG :
Sudah lewat dari tadi.

MARJUKI :
Bukannya ngingetin.

MENEJER PANGGUNG :
Habis situ ngomong melulu …

MARJUKI :
Ee, malah marah sama saya. Saya tokoh lho, tokoh ini !

MENEJER PANGGUNG :
Biar tokoh kalau ngaco dimarahin.

ANTO : ( TERTAWA ) ( BICARA PADA PENONTON )
Baiklah penonton sekalian, kelihatannya sudah waktunya bagi kita untuk berpisah. Lakon sudah tamat, “ pesan sponsor ” mudah-mudahan tidak salah alamat. Dan marilah kita sama-sama beristirahat.

PENUTUP

( ANTO MENGGANDENG MARNI DAN MENYANYI BERSAMA )


ANTO : ( MENYANYI )

CINTA ADALAH ANUGERAH ALAM
ANUGERAH SANG PENCIPTA
JANGAN COBA DIKEKANG
APALAGI DILARANG


MARNI : ( MENYANYI )

BIARKAN CINTA TUMBUH
MENGIKUTI ATURAN ALAM
BIARKAN ANAK MERDEKA
MEMILIH JALAN


SEMUA : ( MENYANYI )

TUGAS ORANG TUA
HANYA PENGGEMBALA
PENUNJUK JALAN YANG BIJAKSANA
MEMAKSAKAN KEHENDAK
BUKAN SIKAP BIJAK

LAMPU PADAM PERLAHAN

LAKON SELESAI
Depok, Mei 2004





Teriimakasih banyak,
jika sebelum mementaskan naskah ini memberitahukan pada penulis.
Selamat berkarya !

BIODATA SINGKAT

Budi Ros.

Lahir di Banjarnegara ( Banyumas ), 6 Januari 1959.

Menamatkan Sekolah Dasar hingga SLTA di daerah kelahirannya.
Mulai tahun 1985 hingga sekarang ( 2004 ) bergabung dengan Teater Koma mendalami tiga bidang pilihan: penulisan, seni peran, dan penyutradaraan. Tahun 1989, sempat menjadi mahasiswa IKJ jursan teater.

Selama 9 tahun tinggal di sanggar Teater Koma di bilangan Setiabudi (1986 – 1994). 10 Juli 1994 menikah dengan Erna N Nursilowati, asal Semarang. Sejak itu tinggal di Depok, dikaruniai seorang putri, Sekar Dewantari (lahir 1996).

“ Racun kesenian ” diserap sejak kanak-kanak. Sastro Mihardjo, sang ayah, sering mengajak nonton Wayang Kulit semalaman hingga paginya sering bolos sekolah. Selain Wayang Kulit, Wayang Orang dan Ketoprak seolah jadi tontonan wajib. Pasalnya, sang ayah sering “ nimbrung main ” setiap ada Ketoprak atau Wayang orang keliling mentas di kampung.

Tahun 2004, naskah dramanya berjudul FESTIVAL TOPENG mendapat penghargaan dalam sayembara penulisan naskah drama Dewan Kesenian Jakarta.



Alamat :
Perumahan Puri Anggrek Mas
Jl. Anggrek VI C, Blok E 1 No. 2
Depok Barat 16434.

Telpon/fax : (021) 77883525 – HP : 08161949863

KOTAK SURAT TERAKHIR (Karya Mochammad अस्रोरी)

KOTAK SURAT TERAKHIR







Karya Mochammad Asrori

PARA PELAKU

SENO, 45 tahun, penampilan jauh lebih tua dari usianya.
GUN, 42 tahun, adik Seno.
ISTRI, 40 tahun, istri Seno
ED, 20 tahun, anak pertama Seno-Istri, taruna polisi
YO, 19 tahun, anak kedua Seno-Istri, mahasiswa tingkat awal fakultas kedokteran
Re, 18 tahun, anak ketiga Seno-Istri, mahasiswa tingkat awal fakultas seni

BABAK I

PANGGUNG DI BAGI MENJADI TIGA KOMPOSISI . KOMPOSISI PERTAMA ADA TOKOH RE, IA DUDUK DI SEBUAH KOTAK KAYU, DI SAMPINGNYA TERDAPAT SEBUAH KANVAS LUKISAN YANG TAMPAK BELUM RAMPUNG, BOTOL-BOTOL KECIL CAT, PALET, DAN KUAS. KOMPOSISI KEDUA ADA TOKOH YO, IA DUDUK DI MEJA BELAJAR YANG PENUH TUMPUKAN BUKU-BUKU TEBAL. KOMPOSISI KETIGA ADA TOKOH ED, DI SAMPINGNYA TERGELANTUNG SEBUAH SANSAK TINJU . LAMPU KEMUDIAN MENYALA PELAN DI ATAS TOKOH RE, LAMPU LAIN MENYUSUL MENYALA DI ATAS TOKOH YO, LAMPU LAIN MENYUSUL MENYALA DI ATAS TOKOH ED. MEMPERLIHATKAN RUANG DAN WAKTU YANG BERBEDA, DALAM POSISI TABLO, KETIGANYA TAMPAK MELAKUKAN HAL YANG SAMA, MEMBACA SELEMBAR KERTAS SURAT . SUARA NARATOR MENGGEMA MEMBACAKAN ISI SURAT.

SUARA
Aku tak perlu mengingatkan lagi sudah berapa pucuk surat yang telah kulayangkan.Ini adalah surat terakhir yang kutulis. Surat ini bukan instruksi, surat ini adalah amanat. Patuhilah. Sebagai surat terakhir, mungkin ini adalah kepatuhanmu yang terakhir kali pula. Pulanglah dan cobalah bahagiakan Ibumu di hari ulang tahunnya. Dari seorang yang selama ini kau panggil ayah.

SECARA BERGANTIAN KETIGA TOKOH BERGERAK DARI POSISI TABLO

ED (meremas surat dalam kepalan lalu berteriak dan meninju sansak di sampingnya)

LAMPU DIATAS ED PADAM

RE (mencampakkan surat ke tanah, mengambil palet dan kuas, dengan geram, gerakan tangannya cepat menggores kanvas disampingnya)

LAMPU DI ATAS RE PADAM

YO (pelan melipat surat dan menyelipkan di buku tebal yang ada di depannya)

LAMPU PADAM


BABAK II

Panggung bersetting garasi rumah. tampak tumpukan-tumpukan barang terserak di mana-mana. di sudut ruangan berdiri dua orang menjelang tua saling berhadapan. seorang berdiri di samping sebuah meja kayu yang di atasnya terdapat sesuatu yang tertutup oleh tudung dari kain. seorang yang lain berdiri dengan tidak sabar dan muka masam mengamati sesuatu yang terbungkus tudung di atas meja tersebut. hingga seorang yang berdiri di samping meja dengan antusias kemudian membuka tudung kain yang menutupi barang di atas meja. senyumannya dilanjutkan dengan tawa-tawa kecil.

SENO
Perkenalkan karya terbesarku ini (dengan raut bangga, kedua tangannya meliuk di seputar benda berbentuk rumah- rumahan mungil dengan tekstur tanpa lekukan tajam).

GUN
Apa itu? Seperti sebuah kota surat. Jadi? Aku tak mengerti maksudmu. Untuk apa kau
perlihatkan padaku sebuah kotak surat?

SENO
Mendekatlah, lihat baik-baik. Bagaimana?

GUN (mendekat dan meneliti kotak surat)
Sebuah kotak surat tetap saja kotak surat. Tak ada bedanya.

SENO
Ayolah lebih dekat lagi. Sentuhlah.

GUN
Menyentuhnya? Aku tak mau menyentuhnya!

SENO
Sentuh atau!

GUN
Baiklah-baiklah. Dasar gila, untuk apa aku menyentuh sebuh kotak surat. (bergerak untuk menyentuhkan tangan ke kotak surat)

SENO
Nah sentuh, usap. Ketukkan sedikit genggamanmu, lalu … cium!

GUN
Apa! Mencium kotak surat. Apa kau benar-benar telah kehilangan akal sehat? Kau tahu kabar burung tentangmu dari tetangga nampak ada benarnya.

SENO
Kabar burung? Jangan dengarkan mereka.

GUN
Aku tak mendengarkan mereka (BERGERAK MENJAUH) tapi kenyataannya kau memang bertingkah aneh. Lihatlah dirimu? Akhir-akhir ini kau jarang muncul. Istrimu bilang kau selalu mendekam di garasi ini hingga berjam-jam tanpa ada alasan yang jelas. Bagaimana kau bisa betah dengan bau ini. Rasanya lebih mirip di sebuah tempat pengrajin, bau masam kayu bercampur dengan cairan-cairan kimia.

SENO
Ini labku, bukan sekadar garasi!

GUN
Lab? Ini lebih tepat sebagai kandang ternak!

SENO
Sudah cukup. Biar kutegaskan, semua ini bukan tanpa alasan? Kau ingin tahu alasannya. Benda di depanmu inilah alasannya.

GUN
Kotak surat ini?

SENO
Ya. Jadi ayo lekas usap, ketuk-ketuk sedikit lalu cium baunya, aromanya.

GUN
Kau … ahh! Ada-ada saja. Kau benar-benar … baiklah-baiklah, lihat dengan jelas agar kau puas. Aku tidak mau mengulanginya lagi seumur hidupku (cepat bergerak dan mencium kotak surat), puas?

SENO
Fantastis, bukan?

GUN
Fantastis? Apanya yang fantastis! Ini cuma kotak surat biasa!

SENO
Perhatikan baik-baik (KESAL). Apa tanganmu tak merasakan teksturnya? Apa kau tak mendengar bunyi gemanya yang lunak? Apa tak membersitkan sesuatu padamu? Betapa bodoh kau. Apa kau tak mencium aroma yang khas dari surat ini?

GUN
Tidak ada. Biasa-biasa saja. Kotak suratmu sama baunya dengan garasi ini.

SENO
Ini labku! Hahh? Rupanya indramu sudah berkarat. Kau tahu kotak surat ini kubuat dengan bahan metalion delirium polyester. Terobosan baru.

GUN
Sebuah kotak surat dari plastik, apa hebatnya?

SENO
Plastik? Plastik! Kurang ajar, ini bukan plastik. Metalion delirium polyester. Bukan plastik!

GUN
Men-taliun, del, del apa, delirium silvester. Terserah apa katamu, tapi ada yang ingin kusampaikan.

SENO
Apa kau tak bisa mengeja dengan benar, katakan apa yang hendak kamu sampaikan.

GUN
Aku ingin kita berdua saling terbuka. Ingat, aku saudaramu satu-satunya. Aku tahu kondisi kesehatanmu tidak begitu baik. Tapi jangan sampai itu mempengaruhi segala sesuatu di sekitarmu. Jika ada sesuatu yang membuatmu kesal dan mengganggu pikiran, ceritakan padaku. Aku siap mendengarkan.

SENO
Kau pikir aku gila!? Aku sehat-sehat saja. Tidak ada yang mengganggu pikiranku. Pergilah, kau membuatku kesal!

GUN
Baik-baik, aku pergi (melangkah ke arah pintu, berhenti sebentar) Ada satu hal yang harus kau ketahui. Kau laki-laki sempurna. Kau mempunyai isteri yang cantik, setia. Anak-anakmu cerdas dan mandiri, rumahmu nyaman dan menyenangkan. Kau memiliki keluarga harmonis idaman tiap orang. Jadi jangan bertingkah seolah kau tak mendapatkan semua itu. Tak ada alasan untuk berbuat sesuatu yang konyol.

SENO
Sesuatu yang konyol? Dasar, pergi sana! Kau sama sekali tak mengerti. Kau sama sekali tak mengerti apa artinya legasi.

LAMPU PADAM

BABAK III

HALAMAN SEBUAH RUMAH KOS. ED BERDIRI DI DEPAN PINTU. YO DUDUK DI KURSI PLASTIK, SIBUK MEMBACA BUKU DIKTAT TEBAL. ED TAMPAK TIDAK SABAR MENUNGGU REAKSI PINTU DIBUKA DARI DALAM.

ED
Lama sekali kau berkemas Re. Apakah kau sibuk berbedak dan bergincu juga? (tertawa). Lihatlah saudaramu yang satu itu Yo, sudah seperti banci saja.

YO (tidak menjawab sibuk membolak-balikkan buku diktat dan memperbaiki posisi kacamatanya)

ED
Hey kutu buku, aku bicara padamu!

RE KELUAR DENGAN TAS RANSEL BESAR DI PUNGGUNG DAN SEBUAH TAS TENTENG.

ED (tertawa melihat re keluar dengan bawaan yang banyak)
Lihatlah Yo, adikmu ini seperti hendak pergi ke gunung saja. Banyak sekali bawaannya. Apakah tak ketinggalan popokmu Re?

RE
Apa kau tak punya sopan santun, berteriak-teriak di muka pintu. Seperti rumah ini milikmu saja. Tirulah Yo dan kebisuannya, mungkin kau bisa belajar bagaimana caranya merebut hati gadis dengan kepintarannya.

YO (berdiri terusik aktivitasnya)
Apa? Aku tak percaya. Merebut? Apa yang aku rebut darimu? Aku tak percaya Setelah selama ini! Apakah kau tidak bisa melupakannya? Sudah jelas dia sudah muak kau jejali dengan kata-kata indahmu yang penuh omong kosong. Harusnya kau lebih miris dengan orang-orang yang
menggunakan kekerasan otot-ototnya yang menonjol tak karuan untuk memikat gadis-
gadis (memandang ke arah Ed).

ED
Cukup! Aku tak ingin ada ribut-ribut lagi. Masih saja kalian meributkan masalah gadis. Jangan melihat ke belakang.

YO
Hahh, siapa yang paling ribut di sini.

ED
Tetaplah jadi pendiam Yo, oke. Sekarang adakah diantara kalian yang tahu, ada urusan apa ini sebenarnya. Siapa kali ini yang berbuat ulah.

RE
Pakai nanya lagi? Paling-paling kau menghamili seorang gadis lagi.

ED
Kalian menuduhku? Apa yang kuperbuat? Aku hanya menerima sepucuk surat dari Ayah. Sama seperti kalian. Surat terakhir katanya.

YO
Ya, ia juga mengatakan hal yang sama dalam suratnya untukku. Ayah pasti sangat kesal pada kita hingga mengharuskan aku satu mobil bersama kalian.

RE
Sangat-sangat kesal. Mengapa kita tidak berangkat sendiri-sendiri?

ED
Baiklah, ingat kita sudah sepakat. Perjalanan ini mungkin bukanlah ide yang bagus. Bahkan terlintas pun tidak. Tapi kita sudah sepakat. Segala sesuatunya tidak menjadi akan lebih mudah bagi masing-masing. Kita semua tahu. Tapi sejak awal sudah kutandaskan, aku yang bertanggung jawab atas perjalanan ini. Aku yang mengurus segala keperluan, merencanakan kedatangan kita bersama, apa-apa yang kita ucapkan nantinya, dan mengantar kalian kembali. Bagaimana? Ada argumen atau pertanyaan. Tak ada. Bagus. Sekarang kita nikmati perjalanan kita yang menyenangkan.

LAMPU PADAM

BABAK IV

DI HALAMAN RUMAH YANG RIMBUN OLEH TUMBUH-TUMBUHAN, SENO SEDANG MEMASANG KOTAK SURAT BUATAN TANGANNYA DI ATAS PAGAR. TAMPAK LELAH IA, SEBENTAR-SEBENTAR MENGGERAK-GERAKKAN PINGGANG UNTUK MENGUSIR PEGAL. ISTRINYA MENGHAMPIRI.

ISTRI
Pagi yang cerah sayang.

SENO
Ya, sangat cerah. Ahh, udara yang segar.

ISTRI
Tumben sepagi ini sudah keluar dari gudang, kangen pada halaman dan kebun?

SENO
Kau menyindirku? Aku tahu akhir-akhir ini aku jarang ke luar rumah. Si Gun bilang
aku mendekam di garasi seperti tumpukan koran bekas.

ISTRI
Adakalanya dia benar. Kau tahu, sayang, kau tampak lucu jika sedang sewot. Semakin
tampan.

SENO
Tampan? Apalagi jika bersanding dengan perempuan cantik dan hebat sepertimu.

ISTRI
Terima kasih. Oh ya, kau sedang memasang kotak surat baru rupanya?

SENO
Ya, perkenalkan. Ini kotak surat terbaru kita, bagus bukan?

ISTRI
Sangat bagus. Indah sekali. Kapan kau membelinya?

SENO
Membeli? Aku membuat kotak surat ini dengan tanganku sendiri. Sebuah
prototip kotak surat konvensional masa depan.

ISTRI
Bisakah Tuan Jenius ini menjelaskan keunggulan kotak surat ini.

SENO
Dengan senang hati, begini (mematut-matut diri dan berdehem
seolah dalam presentasi resmi) Jika dilihat dari segi fisik, kotak surat ini
memang tak berbeda dengan kotak surat pada umumnya. Tapi ada satu hal yang harus
diperhatikan dari kotak surat ini.

ISTRI
Apa itu?

SENO
Bahan!

ISTRI
Bahan? Terbuat dari apakah kotak surat ini?

SENO
Kotak surat ini terbuat dari bahan sintetis penemuan terbaruku. Bahan tersebut akan membuat kotak surat ini tak lekang dimakan usia. Tidak akan berkarat dan rusak. Konstruksinya sangat kokoh. Hujan badai tak akan menggoyahkanya. Tendangan bola nyasar anak-anak tidak akan membuatnya bergetar, apalagi pesok seperti nasib kotak surat kita sebelumnya. Kotak surat ini juga anti air, setetes pun air tak akan mampu meresap ke dalam. Surat-surat dalam kotak tidak akan rusak, akan selalu aman terjaga.

Suhu di dalamnya juga akan tetap terjaga. Sesuai dengan kebutuhan kertas surat. Panas tidak akan berpengaruh sama sekali. Warnanya akan selalu baru, tak akan mengelupas atau luntur dalam lima dekade. Garansi. Satu hal lagi, aromanya. Aroma kotak surat ini sangat berbeda dengan kotak surat dari kayu atau logam. Lebih harum.Bagaimana?

ISTRI
Hebat, aku percaya kotak surat ini tidak akan tergantikan.

SENO
Pasti, sampai anak cucu kita. (beberapa saat terdiam)

ISTRI
Kau rindu anak-anak?

SENO
Bocah-bocah bandel itu? Ah, mereka selalu berbuat atas kemauannya sendiri. Ribut sendiri-sendiri. Bikin kesal. Tak bisakah mereka sekali-sekali ribut dengan orang lain dan bukannya dengan saudara sendiri? Tidak ada yang beres. Darimana mereka punya sifat keras kepala seperti itu?

ISTRI
Sudah, sudah. Aku tahu kamu rindu. Kapan mereka datang?

SENO
Entahlah, tapi mereka tidak akan melupakan hari istimewa ini lagi. Aku sudah menggertak mereka dalam surat. Bahkan sedikit pelajaran kerjasama secara langsung. Semua sudah dalam rencana, mereka pasti akan pulang.

ISTRI
Rencana? Kau tak bilang tentang rencana.

SENO
Tentu, ini rahasia laki-laki.

ISTRI
Baiklah, aku tak mau tahu atau penasaran. Tapi sekarang kita masuk dulu ke dalam rumah. Aku sudah siapkan sarapan istimewa.

SENO
Kau mengajakku masuk kembali ke dalam rumah. Padahal aku baru saja menikmati suasana di luar.

ISTRI
Ayolah, nanti sarapannya dingin, lagi pula kau adalah raja di dalam, bukan tumpukan koran bekas.

SENO
Baiklah, baiklah. (berjalan masuk ke dalam)

LAMPU PADAM

BABAK V

Terdengar bunyi mobil yang mengerem mendadak. Suaranya mencicit diakhiri suara debum. Lalu gaduh orang-orang ribut saling baku hantam. Setting panggung adalah pinggiran hutan dengan batu-batu besar. Re memapah yo ke tengah panggung. Di sana ia menyandarkan yo ke batu besar. Ed kemudian muncul menyeret seseorang, ia menjerembabkan orang itu ke tanah dan menendangnya tanpa ampun. Re melerai, ia memegangi ed. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh lawannya untuk kabur.

ED
Bedebah! Sekali lagi kau sentuh saudaraku, mampus kau di sini! Bangsat! Bajingan!

YO
Sudah, Ed. Sudah. Dia bisa mati nanti. Jangan dikejar, biarkan dia pergi. Kita sama sekali tidak mengenal seluk beluk daerah ini. Jangan cari keributan.

ED
Entah apa mau mereka. Kalian tidak apa-apa? Bagaimana kondisimu Yo?

YO
Aku tidak apa-apa. Hanya memar sedikit.

ED
Kita terjebak di sini. Tak ada yang bakal menolong untuk mengeluarkan mobil kita yang terperosok begitu dalam. Mobil-mobil tak bakal ada yang mau berhenti di tengah hutan ini. Kita terpaksa menunggu sampai fajar.

RE
Kita bisa mati kedinginan.

ED
Tidak mungkin, bukan mati kedinginan, tapi kamu akan mati ketakutan Re.
(tertawa kecil)

YO
Sudahlah Ed, jangan memulai. Bagaimana kuliah senimu, Re?

RE
Baik. Semua dalam kendali yang sempurna jika diperbandingkan dengan keadaan mobil kita sekarang. Benar, bukan?

ED
Kau benar. Aku tak bisa membayangkan reaksi Ayah ketika melihat lekukan-lekukan tak lazim di mobil kesayangannya yang seksi ini.

RE
Belum lagi goresan-goresan yang artistik di sana. Wow, pffuuihh .... Tapi tak usah khawatir, semua dapat kita serahkan pada calon ahli bedah kita.

ED
Ya, untung saja ada dia. Paling tidak, ada seseorang yang dapat ditertawakan. Kau tahu kenapa, Re? Karena aku sudah membayangkan, sebagai calon dokter, dia sangat beruntung tidak menjadi calon dokter bedah pertama yang menjadi pasien di ruang operasi. (tertawa bersama re)

YO
Hahaha, terima kasih atas cemoohannya kalian berdua. Lagi pula, Re, apa yang kau lakukan ketika kakakmu ini digebukin orang.

RE
Hei, masih untung aku memapahmu. Lagi pula ada Tuan Jenderal yang bertugas. Sudah menjadi kebiasaan di kesatuan. Bukankah begitu Ed?

ED
Ya, selalu siap melayani Anda.

YO
Ya benar, untung ada Tuan Jenderal. Aduh sial, perutku masih mual kena tinju bajingan itu.

ED
Sudah jangan mengeluh, nanti juga lebih baik. Untung kau tidak kena pukul di muka.Kau harus mulai belajar beladiri, Yo. Lain kali akan kulatih kau.

YO
Sudah-sudah, jangan meledek terus, ingat kita bahkan belum membeli kado untuk Ibu.

ED
Kita bisa beli bunga di jalan besok.

RE
Kok bunga, rasanya seperti menjenguk orang sakit.

YO
Apakah Tuan Seniman kita yang bermimpi dengan karya masterpiece punya usul lain?

RE
Aku? Aku tidak punya usul apapun. Aku bisa membuatkan Ibu sebuah lukisan jika lebih awal diberitahu.

YO
Menghadiahi ibu dengan lukisan abstrakmu itu. Kau bahkan tidak bisa menggambar anatomi dengan benar? Bisa-bisa mukaku jadi lebih jelek daripada kena tonjok.

RE
Aku sedang tidak punya ide atau uang, jadi bagiku asalkan bukan pisau bedah atau pistol, aku setuju.

YO
Lucu sekali, Re.

RE
Apakah komplotan mereka tidak akan datang lagi membawa teman-teman mereka?

ED
Entahlah. Lihat sikumu berdarah Yo. Re, papah kakakmu masuk mobil, cari sesuatu untuk membersihkan lukanya, lalu balut.

YO
Tak apa, biar kubalut sendiri, sudah biasa. Terima kasih. Aku bersyukur dalam keadaan seperti ini ada kalian di sampingku. Aku akan baik-baik saja. (HENING)

ED
Aku akan cari sesuatu untuk membuat perapian. Cobalah untuk istirahat. Kita tidak tahu apa yang bakal kita hadapai besok.

LAMPU PADAM


BABAK VI

Ruang makan. Saat istrinya sibuk membenahi meja makan dan menata hidangan seno muncul membawa kue tar lengkap dengan lilin berbentuk angka 40. Sambil berjalan mendekati istri, seno menyanyikan lagu selamat ulang tahun. setelah selesai, istrinya meniup lilin tersebut dan memberi ciuman pada seno.

ISTRI
Terima kasih atas kuenya sayang.

SENO
Seharusnya bukan aku yang membawakannya. Tapi anak-anak bandel itu, mereka belum juga datang. Dasar! Masak terlambat di ulang tahunmu.

ISTRI
Kau menunggu mereka sayang? Mereka sebentar lagi pasti datang, sabarlah. Bagaimana keadaanmu?

SENO
Aku baik-baik saja, jangan khawatir. Dokter boleh memvonis apapun tentang kesehatanku. Tapi aku yang memiliki tubuh ini. Aku yang paling tahu kondisi tubuhku.Rambutku boleh saja memutih sebelum waktunya. Dagingku boleh jadi hilang digerus penyakit sialan ini. Tapi aku sehat sekali hari ini.

ISTRI
Itu baru seseorang yang kukenal.

SENO
Seseorang yang kau kenal?

ISTRI
Ya, pria yang akan mendampingiku dan memperjuangkannya seumur hidup.

SENO
Tetap saja aku kesal dengan anak-anak itu.

ISTRI
Kamu tahu, sayang, kuakui rencanamu sungguh bagus. Aku tidak bisa membayangkan anak-anak itu berada dalam satu mobil. Pasti mereka saling diam. Begitu membosankan perjalanan mereka.

SENO
Itu tidak mungkin. Aku sudah mengatur sedikit guncangan-guncangan.

ISTRI
Guncangan?

SENO
Kau lihat saja hasilnya nanti.

ISTRI
Bagaimana kalau mereka tidak akur?

SENO
Mereka kan punya kebutuhan. Meraka nantinya toh akan memutuskan di mana mereka istirahat, makan, pergantian menyetir, cari penginapan, buang air, merekabutuh berkomunikasi. Mereka sudah dewasa, mereka akan saling mengerti, saling terbiasa dengan karakter satu sama lain. Mereka harus bersatu. Bukankah pada dasarnya mereka sama? Mereka akan menjadi saudara yang sempurna. Mereka punya kenangan kebersamaan. Mereka akan mendapatkannya lagi.

ISTRI
Kau benar sayang. Aku yakin semua akan berjalan sesuai rencanamu. Walaupun aku tidak tahu maksudmu melakukan semua ini.

SENO
Setidaknya, dengan upayaku ini, nantinya ada yang akan mendampingimu, menghiburmu, meramaikan rumah ini nantinya jika waktuku ….

LAMPU PADAM

BABAK VII

Ed, Yo, dan Re sudah menginjak halaman rumah ayah mereka.

RE
Ah, Akhirnya kita sampai.

ED
Ah, akhirnya, rumahku istanaku, kasur empukku, apakah masih ada ya?

YO
Ah, pegal sekali (menggeliat)

ED
Ayo lekas masuk, jangan biarkan Ibu menunggu, lagipula jangan membuat Ayah keluar. Aku tak mau melihat reaksinya melihat mobilnya yang kita bawa.

YO
Hei, lihat ayah memasang kotak surat baru!

ED
Ya, bagus sekali. Sangat jauh berbeda dengan kotak surat yang kau buat ya Re.

YO
Jika maksudmu kotak surat yang penyok terkena lemparan anak-anak iseng itu, kau benar, sangat jauh berbeda kelas. Kotak ini sangat elegan, begitu kokoh. Lekukannya sangat halus. Sempurna. Benar-benar kotak surat yang bagus.

RE
Ah, itu kan pengamatan dari orang yang tidak punya nilai rasa seperti kalian. Tapi hei, lihat ada yang aneh dengan kotak surat ini.

YO
Sesuatu yang aneh? Kotak surat ini bagus, tidak ada yang aneh. Sudahlah, Re, jangan bertingkah menutupi ego senimu.

RE
Hei, lihatlah dengan seksama. Di mana ya lubang kotak surat ini?

ED
Lubang kotak surat? Benar juga, di mana ya Ayah meletakkannya?

YO
Hei, kotak surat ini tidak memiliki lubang!

mereka berpandang-pandangan heran. tapi tak lama mereka kemudian berpaling ke arah pintu rumah. bersama-sama mereka berteriak.

ED, YO, DAN RE
Ayah.... Ibu.... Kami pulang….




TAMAT


BIODATA PENULIS

Mochammad Asrori dilahirkan di kota Surabaya, 24 Juni 1980. Alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya. Menulis esai, cerpen, dan puisi di tengah rutinitas sebagai wartawan Glocal Magazine. Saat ini bergiat di komunitas penulis Warung Fiksi. Alamat: Dsn. Sidonganti RT.02/RW.01, Ds. Ngingasrembyong, Sooko, Mojokerto, 61361. Email: rori_story@yahoo.com. Ponsel: 085 231 586 507

SETAN BLA BLA BLA DI ATAS KURSI GOYANG (ANNUS HORROBILIS) ARTHUR S NALAN

SETAN BLA BLA BLA
DI ATAS KURSI GOYANG (ANNUS HORROBILIS)

ARTHUR S NALAN



SETAN BLA-BLA-BLA
DI ATAS KURSI GOYANG
(ANNUS HORROBILIS)
________________________

PANGGUNG GELAP
LAMPU FADE IN
MUNCUL JUBIR BICARA:

Selamat datang. Cerita yang akan Anda saksikan agak berbeda dari biasanya, karena akan melihat sosok musuh manusia, yakni setan sebagai tokoh yang dilaknat. Kalau setan sering mengeksploitasi setanyang dilaknat. Kalau setan sering mengeksploitasi setan, malam ini di sini, di panggung ini. Setan-setan yang akan tampil bukanlah setan yang sesungguhnya, tetapi manusia yang berperan sebagai setan. Menceritakan setan, bukan berarti saya mengajak anda untuk menjadi pengikut setan. Cerita tiga episode ini ingin mengajak Anda i’tibar, bahwa setan ada di sekitar kita, mengepung kita, setiap hari, setiap saat. Ia diam dalam sisi gelap manusia. Maka siapkanlah diri Anda untuk melihat sepak terjangnya.
LAMPU FADE OUT

LAMPU FADE IN
Di sudut atas, tampak sosok hitam di atas kursi goyang. Terdengar suara berat dan serak.

SETAN : Karena engkau telah menghukumku tersesat, aku akan menghalang-halangi mereka dari jalan engkau yang lurus. Lantas aku akan mendatangi mereka dari arah depan, arah belakang, dari arah kanan dan arah kiri. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (al-A’raf 16,17)

Perlahan mahluk yang ada di kursi goyang itu membuka kerudungnya, tampak bertanduk dan berwajah menyeramkan. Ia tertawa terkekeh dan terbahak. Dialah Setan.

SETAN : Itulah perjanjianku dengan Tuhan. Tekad dan janjiku untuk menggoda manusia terus menerus tak akan berhenti sampai hari kiamat tiba. Aku paling suka meniup kalbu manusia dengan kesombongan, dengan keangkuhan, dengan keriyaan, dengan kecongkakan dalam segala bidang. Masalahnya manusia sangat suka itu dan menikmatinya. Aku duduk di kursi goyang ini, bukan untuk ongkang-ongkang tetapi untuk menerima laporan dari kegiatan seluruh bangsa setan yang sedang bekerja, bangsa yang tak kenal lelah, bangsa yang tak pernah menyerah, bangsa yang punya motto: seretlah manusia menjadi penghuni neraka!
(TERKEKEH DAN TERBAHAK)
LAMPU FADE OUT

II
Terdengar suara seruling, alam yang indah dan asri. Musik pengiring mengantarkan lagu pembuka episode pertama.

LIRIK
Kalau setan tertawa
Karena manusia lupa
Lupa akan tugasnya
Jadi kalifah dunia

Ini kisah seorang ulama
Yang terkenal ke mana-mana
Ulama juga manusia
Manusia yang masih bisa digoda

Ini kisah setan penggoda
Setan putih julukannya
Ia berjuang menggoda
Sang ulama jadi budaknya

MUNCUL SETAN PUTIH BERKACAK PINGGANG SAMBIL MEMBAWA SURAT PERINTAH

SEPUT : (TERTAWA) Akhirnya kudapatkan juga perintah dia, sang iblis sang raja setan. Ini surat perintah menggoda manusia yang bernama ulama. Begini bunyinya: Bersama ini atas nama kerajaan setan, aku raja setan memerintahkan kepada setan putih untuk menggoda seorang ulama bernama Soleh Bin Soleh. Manusia yang mempunyai takaran keimanan terpuji. Hampir semua setan yang ditugaskan umumnya gagal dan pulang melapor tanpa hasil, (DIAM SESAAT) menyedihkan. Atas pertimbangan itu maka engkau setan putih kutugaskan utnuk menggodanya sampai Soleh Bin Soleh bertekuk lutut jadi pengikutmu. (PADA PENONTON) Berat memang, tapi apa boleh buat, ini adalah perintah tertinggi yang sampai padaku, si setan putih. Lihat saja nanti, seribu jalan kesesatan akan kubuat untuknya.
(MENGHILANG)

III
DI TEMPAT SOLEH BIN SOLEH
Sang ulama tengah memandang ke luar dari tempatnya. Muncul setan putih yang kini telah berubah seperti layaknya ulama, baik gaya maupun pakaiannya.

SEPUT : Assalamu’alaikum ya Bapa.
ULAMA : Wa’alaikum salam, ki sanak. Siapakah anda?
SEPUT : Maafkan saya, saya datang dari jauh, sengaja datang hendak menemui Bapak. Bapak adalah ulama terkenal, nama bapak terkenal di mana-mana, pada daun, pada angin, pada rumput yang bergoyang. Selama sepuluh hari saya menuggu di situ untuk bertemu bapak, karena bapak sedang tidak mau diganggu.
ULAMA : Sepuluh hari kau menunggu?
SEPUT : Ya, sepuluh hari, saya zikir dan zikir. Sebagaimana bapak melakukannya.
ULAMA : Mengapa tidak kau ketuk saja?
SEPUT : Mengetuk seorang ulma yang tengah berdoa, berzikir, mana saya berani. Saya nanti dilaknat Ilahi.
ULAMA : Kau mau apa menemuiku?
SEPUT : Suatu kebanggaan, jika saya dapat berguru padamu, saya ingin jadi muridmu.
ULAMA : Muridku? Tidak, aku tidak pernah mempunyai murid.
SEPUT : Biarlah aku akan menunggu izin bapak. Aku akan menunggu di sini sambil berzikir.

LIRIK
Sepuluh hari kemudian
Sang ulama terkagum-kagum
Orang baru itu tetap berzikir
Ia tidak tahu kalau itu setan

ULAMA : Luar biasa. (PADA SEPUT) Bangunlah ki sanak. Apa yang kau inginkan sebenarnya?
SEPUT : Jadi muridmu, bersama-sama ibadah pada Tuhan.
ULAMA : Baiklah, bergabunglah denganku.

LIRIK
Sehari selembar benang
Setahun selembar kain
Sehari segigitan tikus
Setahun berlubang-lubang

Itulah usahan si setan penggoda
Hingga sang ulama telah percaya
Sang murid pamit pergi sesaat
Sang ulama merasa berat hatinya

SEPUT : Aku pergi tidak lama bapak. Silaturahmi kita takkan putus. Percayalah. Bapaklah contoh suritauladan, beribadah siang dan malam, taat dan taqwa irama hidup bapak. Saya pergi bapak. Oh ya, sebelum pergi saya punya hadiah, sebuah doa warisan ibu dan bapak, katanya doa untuk yang sakit, aku sendiri belum pernah mencobanya. Assalamu’alaikum.
ULAMA : Wa’alaikumsalam, muridku.

(MEREKA BERPISAH)

(SEPUT MASUK LAGI)
SEPUT : (TERTAWA) Demi Tuhan, Soleh Bin Soleh telah dapat saya hancurkan! Tapi belum terpuruk. Ia tidak tahu siapa aku, ia juga kuberi doa palsu supaya untuk mengobati yang sakit. Wah ada orang yang datang.

(MUNCUL ORANG YANG MENGGOTONG SEORANG YANG SAKIT DI ATAS TANDU)
SEPUT : Kenapa orang itu?
ORANG I : Sakit tercekik!
SEPUT : Tercekik? Oleh orang?
ORANG II : Tercekik entah kenapa, suka mengigau dan sekali-kali pingsan!
SEPUT : Bawa saja ke guruku, ia ulama terkenal, namanya Soleh Bin Soleh. Bawalah ke sana. Dijamin sembuh!
(ORANG-ORANG MENGIKUTI SEPUT)
(MEREKA TIBA DI TEMPAT SOLEH BIN SOLEH)
SEPUT : Assalamu’alaikum ya guru!
ULAMA : (MUNCUL) Wa’alaikumsalam, oh, muridku, kenapa kau balik lagi? Siapa mereka ini?
SEPUT : Aku bertemu mereka di jalan. Mereka orang-orang yang harus ditolong, orang sakit ini tercekik, suka mengigau dan jatuh pingsan, bahkan suka muntah-muntah darah.
ORANG I : Ia belum pernah muntah darah?
SEPUT : Biarkan aku bicara, supaya guruku percaya, saudaramu akan sembuh! (KEMBALI BICARA) Kalau tidak ditolong, ia akan mati tercekik yang tidak diketahui siapa yang mencekiknya, siapa tahu ia kena santet, guna-guna dan sebangsanya!
ORANG II : Siapa yang kena guna-guna?
SEPUT : Biarkan aku icara pada guruklu, ingin supaya dia sembuh kan, iya kan?
ORANG II : Iya, iya tentu saja!
SEPUT : Pokoknya serahkan padaku! (PADA ULAMA) Jadi begitulah keadaan si sakit, guru.
ULAMA : Aku tidak bisa menyembuhkan yang sakit, aku tak bisa apa-apa!
SEPUT : Jangan terlalu merendah guruku, kan ada doa yang sebelum aku berangkat aku titipkan pada guru, bagaimana kalau giri coba saja, tidak ada salahnya, lagi pula si sakit kelihatan sangat menderita. Kalau tidak ditolong dia akan mati. Bacakan saja guru!
ULAMA : Baiklah, mari kita coba! (ULAMA MEMBACA DOA PALSU DARI SEPUT)
(TIBA-TIBA SI SAKIT BANGUN DAN TERSENYUM)

(SAUDARANYA GEMBIRA MEREKA MENARI BERSAMA)
(SEPUT TERSENYUM LICIK)
(ULAMA TERKAGET-KAGET SENDIRI)
SEPUT : Selamat guru, ternyata doa yang mujarab. Tidak sia-sia bapak dan ibuku mewariskannya. Guru telah menjadi ulama yang plus, selain pintar olah agama, juga olah doa! Saya mohon pamit, saudara-saudaraku, saya pamit. Silakan bersama guruku yang jempolan. Assalamu’alaikum!
SEMUA : Wa’alaikumsalam!
(MEREKA KELUAR, TINGGAL SEPUT)
SEPUT : (TERTAWA) Sebentar lagi Soleh Bin Soleh terpuruk, jatuh di telapak kakiku! Ia sudah menjalankan sihirku. Kalian harus tahu, mereka yang sakit-sakit tercekik, sebenarnya dicekik oleh teman-temanku sesama setan. Jadi sebenarnya aku ada join dengan kolegaku sesama setan. Sekarang aku sudah kerjasama dengan kawanku, untuk mencekik seorang perempuan yang akan meluluh-lantakan Soleh Bin Soleh.
(TERTAWA)

IV
(TIBA-TIBA MUNCUL SEORANG GADIS TERCEKIK TAK TERTAHANKAN, IA MENGERANG-ERANG KESAKITAN SAMBIL MEMEGANGI LEHERNYA SENDIRI)
SEPUT : Ya Tuhan, gadis malang! (MENOLONG)
GADIS : Oh tuan tolonglah saya, obati saya! Saya bisa mati, padahal saya masih cantik, masih ingin hidup seribu tahun lagi!
SEPUT : (PADA PENONTON) Ini benar-benar gadis yang cocok untuk menggoda Soleh Bin Soleh. Ia cantik dan juga nafsunya besar! (PADA GADIS) Saya memang seorang tabib, tapi tidak bisa menyembuhkan sakit aneh begini, ada guruku di sana. Ayolah ikut aku, bersabarlah dan berdoalah, mudah-mudahan dia ada di tempatnya.

LIRIK
Perjalanan menaklukan
Tinggal selangkah lagi
Perjalanan menakutkan
Tinggal sejengkal lagi

Ulama yang tergoda
Ulama yang hilang waspada
Akhirnya kan jatuh juga
Oleh gadis penggoda

(DI TENPAT ULAMA)
(SEPUT BERSAMA GADIS. ULAMA TENGAH DUDUK BERGOYANG DI ATAS KURSI GOYANG SAMBIL MENGIPASI DIRINYA)
SEPUT : Assalamu’alaikum ya guruku!
ULAMA : Wa’alaikumsalam. Oh kamu! Kamu kan mau menengok saudaramu, kok datang bersama perempuan sakit?
SEPUT : Perjalanan pulangku selalu terhadang, di mana-mana ada wabah sakit yang aneh, sakit tercekik, hanya guru yang bisa menyembuhkannya.
ULAMA : Tapi ia seorang gadis, aku tidak bisa.
SEPUT : Kalau tida bisa, aku mohon guru mengizinkannya diam di sini, kita bangun tempat untuk dia istirahat, ia sebatangkara!

LIRIK
Mari bangun bangunah
Sebuah tempat beristirahat
Untuk siapa?
Untuk siapa?
Untuk wanita penggoda ulama!

JUBIR
Maka bangunan itu dalam sekejap jadilah
Si gadis diam istirahat
Ia tertidur lelap
Setan kawannya Setan Putih keluar tertawa

(MUNCUL SETAN MERAH YANG ADA DALAM TUBUH GADIS)
SEMER : (TERTAWA) Sukses!
SEPUT : Bagus kerjamu, tapi kau belum rampung kawan!
SEMER : Aku sudah tak sabar, ingin melihat ulama itu terlena!
SEPUT : Sabarlah, contohlah aku! Ayo masuklah kembali ke tubuh gadis itu! Jika nanti sudah berhasil, aku traktir kamu es kelapa muda!
SEMER : Asyik, aku masuk lagi ya! (MASUK LAGI)
SEPUT : (TERTAWA) Demikianlah kami bekerjasama antar setan. (MUNCUL ULAMA) Ah, dia datang!
ULAMA : Kau tetap akan meninggalkan aku, padahal aku butuh teman mengobati gadis itu!
SEPUT : Sebagai murid, seharusnya begitu guru, tapi saudaraku perlu kutemui! Permisi, assalamu’alaikum!
ULAMA : Wa’alaikumsalam!
(SEPUT PERGI)

LIRIK
Sehari selembar kain
Setahun selembar benang
Sehari satu lirikan
Sepekan sepuluh denyutan
Sebulam seribu perasaan
Nafsu namanya!
(PADA SAAT LIRIK INI DINYANYIKAN, SLIDE TENTANG WAJAH GADIS TERSEBUT BERKALI-KALI MUNCUL)
(TAMPAK SETAN DI KURSI GOYANG BICARA)
SETAN : Soleh bin Soleh, kamu manusia bodoh. Bodoh dari manusia bodoh di seantero dunia ini! Mengapa ada makanan tidak kau makan? Bukankah tidak ada yang menjaganya! Kau dan dia! Dia sedang sakit tak berdaya upaya! Soleh bin Soleh, mengapa kesempatan emas ini kau sia-siakan?
(ULAMA MENDEKATI GADIS. GADIS ITU DIBAWANYA KE BELAKANG)

LIRIK
Cangkul cangkul yang dalam
Menanam jagung di kebun gadis
Cangkul cangkul yang dalam
Memanen kebun si gadis malang

JUBIR
Akhirnya si gadis bunting
Soleh bin Soleh bingung dan pusing tujuh keliling
Ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya
Datanglah murid palsunya
Pura-pura kaget dan super kaget

(MUNCUL SEPUT)
SEPUT : Celaka guruku, Anda telah melanggar larangan Tuhan, ini adalah dosa yang besar! Tidak ada jalan lain kecuali bertobat pada Tuhan.
ULAMA : Bertobat? Bagaimana gadis itu?
SEPUT : Kalau guru tak keberatan, untuk menghilangkan jejak, jalan satu-satunya adalah membunuh gadis itu!
ULAMA : Membunuhnya?
SEPUT : Ya membunhnya, lalu guru bertobat pada Tuhan. Tuhan pasti mengampuni guru, bukankah guru dekat dengan Tuhan?

LIRIK
Burung gagak berkoak-koak
Burung gaok berkaok-kaok
Gadis malang dibunuh lalu dikubur
Membenamkan ulama yang kufur

(MUNCUL ULAMA DUDUK DIAM MEMBATU)
(MUNCUL SEPUT TERTAWA-TAWA MENGHINA)
ULAMA : Kenapa kau tertawa? Metinya kau bersedih!
SEPUT : Aku tertawa karena ada manusia yang bodoh! Manusia yang tidak waspada, kena bisikan setan, kena hasutan setan, kena batunya! (TERTAWA)
ULAMA : Siapa sebenarnya kamu ini?
(SEPUT MEMBUKA PENYAMARANNYA. IA BERWAJAH SETAN DAN BEREKOR API)
ULAMA : Asstag....!
SEPUT : Eeeit, kau tidak mungkin lagi menyebut istigfar, mulutmu sudah berbuih nafsu! Kamu sudah menjadi budakku, kamu ada di telapak kakiku. Ulama Soleh bin Soleh sudah mati! Sekarang kamu kuberi nama. Salah bin Salah atau Suluh bin Suluh (TERTAWA) Suluh neraka! (TERTAWA) Kupanggil si Setam Merah! (BERSIUL)
(MUNCUL SETAN MERAH TERTAWA SUKSES)
SEMER : Sukses!
SEPUT : Sukses! Sebelum kita lapor pada raja setan, kau kutraktir!
SEMER : Bagaimana dengan dia?
SEPUT : Dia, sudah jadi tai kuku kita! (TERTAWA)
(TERDENGAR TERTAWA NGAKAK IBLIS MEMBAHANA)

LAMPU FADE OUT-BLACK OUT
SITI MUKJIZAT DAN INSAN SABIT
_________________________________

I
MUSIK OVERTURE

LIRIK
Siti Mukjizat dan Insan Sabit
Diturunkan ke panggung untuk berkisah
Siti Mukjizat dan Insan Sabit
Diturunkan ke panggung untuk bercermin
Gejolak jaman
Gejolak insan
dari jaman ke jaman
dari insan ke insan

Siti Mukjizat dan Insan Sabit
Mencari Ilmu Hayat dan Rindu Tuhan
Kisah Guru Mursid dan tindakannya
Membuat mereka mandi cahaya
Janganlah buruk sangka
Janganlah buruk duga
Dari kisah ke kisah
Dari kasih ke kasih
Siti Mukjizat dan Insan Sabit

MUNCUL SITI MUKJIZAT BERSAMA SABIT MANUSIA SEBELAH, MEREKA MENCARI GURU MURSID

SITI MUKJIZAT : Siapakah yang paling alim jawabanku adalah aku Ternyata aku keliru Aku ditegur Tuhanku
SABIT : Maafkan aku Siti Pertanyaanku hanya karena keingintahuanku Aku tak bermaksud mencelakaanmu
SITI MUKJIZAT : Kamu tidak salah Sabit Karena kau mau mencari yang sama aku cari
SABIT : Perjalanan kita sudah panjang
Melewati berbagai tempat
Guru Mursid belum kita temukan
SITI MUKJIZAT : Apakah benar Guru Mursid itu orang pandai dan alim melebihi aku?
Pertanyaan itu yang terus berputar dalam hatiku. Kita sudah sampai ke pertemuan dua lautan Sabit, tapi Guru Mursid tidak ada
SABIT : Pertemuan dua lautan